Ilusi Kebenaran: Saat Kebohongan Menjadi Kenyataan.
Berbohong sama tuanya dengan interaksi manusia itu sendiri. Baik untuk menghindari konflik, untuk mendapatkan sesuatu, atau sekadar karena kebiasaan, kebohongan telah tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun apa jadinya bila batas antara kenyataan dan penipuan menjadi kabur sehingga si pembohong sendiri tidak bisa lagi membedakan keduanya?Â
Beberapa orang mengatakan begitu banyak kebohongan sehingga mereka mulai mempercayai kebohongan mereka sendiri, sehingga menciptakan realitas menyimpang yang sulit diungkap.Â
Psikologi di Balik Penipuan Diri SendiriÂ
Fenomena dimana individu mulai mempercayai kebohongannya sendiri adalah proses psikologis yang terdokumentasi dengan baik yang dikenal sebagai "disonansi kognitif". Hal ini terjadi ketika seseorang mengalami ketidaknyamanan akibat menganut dua keyakinan yang bertentangan.Â
Untuk mengurangi ketidaknyamanan ini, mereka mungkin mengubah persepsi mereka tentang realitas, meyakinkan diri mereka sendiri bahwa kebohongan yang mereka katakan, pada kenyataannya, benar.
Seiring berjalannya waktu, kebohongan yang berulang-ulang dapat membentuk kembali ingatan dan pemahaman seseorang terhadap suatu peristiwa, memperkuat kebohongan tersebut sebagai "kebenaran" mereka. Penipuan diri ini tidak selalu dilakukan secara sadar. Seringkali, individu tidak sepenuhnya menyadari bahwa mereka berbohong atau persepsi mereka telah berubah.Â
Mereka mungkin membenarkan tindakan mereka atau merasionalisasikan kebohongan mereka sedemikian rupa sehingga membuat kebohongan tersebut tampak perlu atau bahkan mulia. Misalnya, seseorang mungkin berbohong tentang pencapaiannya, awalnya untuk mengesankan orang lain, namun lama kelamaan mereka mungkin benar-benar percaya bahwa mereka telah mencapai pencapaian yang dibuat-buat tersebut.Â
Konsekuensi dari Mempercayai Kebohongan SendiriÂ