Pilihan untuk bertemu kembali dengan orang yang dicintainya membuatnya bahagia, tapi itu juga berarti meninggalkan dunia kehidupan selamanya. Dia menatapnya dengan air mata berlinang, hatinya terbagi antara cinta masa lalu dan kasih sayang yang mulai dia rasakan pada Jack.
Akhirnya, dengan desahan yang bergema di keheningan ruangan, Rose melangkah menuju pantulan. Tepat sebelum melewatinya, dia berhenti dan menoleh ke arah Jack. "Terima kasih," bisiknya, matanya dipenuhi kesedihan yang tak terhingga. Lalu, dia menghilang. Jack ditinggalkan sendirian, gema kata-katanya bergema di benaknya.Â
Dia kembali ke desa tanpa Rose, mengetahui bahwa dia telah melakukan hal yang benar, meskipun itu berarti kehilangan dia selamanya. Hari berganti bulan, dan Jack terus memperbaiki jam tangan di bengkelnya. Orang-orang mengatakan bahwa sejak saat itu, suara jam di tokonya berbeda, seperti bisikan terus-menerus yang berbicara tentang cinta yang hilang dan pengorbanan diam-diam.Â
Tapi hanya Jack yang tahu bahwa, setiap kali angin bertiup melewati pegunungan, dia bisa mendengar suara Rose berterima kasih padanya karena telah memberinya hadiah.Â
Maka, waktu terus berjalan, sementara Jack hidup dengan kenyamanan karena telah memberikan kedamaian kepada orang yang dicintainya, meski itu berarti hidup di dunia di mana kehadirannya hanya tinggal kenangan, bisikan waktu itu, dengan kemajuannya yang tak terhindarkan dan tidak dapat terhapuskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H