Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjelajahi Pulau Terkecil di dunia, Tristan da Cunha

13 Agustus 2024   09:36 Diperbarui: 13 Agustus 2024   09:58 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Tristan da Cunha, sumber: Pinterest)

Pulau manakah yang paling terpencil dan dihuni secara permanen? Perjalanan ke jantung Atlantik Selatan Di tengah Samudera Atlantik yang luas, hampir tidak terlihat di peta dan tidak diketahui banyak orang, terdapat sebuah pulau kecil terpencil yang telah dihuni secara permanen selama berabad-abad. Ini adalah kisah menarik dari Tristan da Cunha, sebuah tempat yang menantang konvensi tentang apa artinya hidup terisolasi dari dunia modern. Tidak diragukan lagi, Tristan da Cunha adalah pulau berpenghuni paling terpencil di planet ini.

Terletak lebih dari 2.400 kilometer barat daya Cape Town, di Afrika Selatan, dan sekitar 3.360 kilometer sebelah barat Montevideo, di Uruguay, pulau vulkanik kecil ini terletak di Atlantik Selatan, menjadi bagian dari kepulauan yang menyandang nama yang sama. Letaknya yang terpencil menjadikannya unik, bukan hanya karena letak geografisnya, namun juga karena kehidupan dan sejarah penduduknya. Ditemukan pada tahun 1506 oleh navigator Portugis Tristo da Cunha, yang menamainya menurut namanya, pulau ini tidak memiliki pemukiman permanen selama lebih dari dua abad.

Baru pada tahun 1816 Inggris mendirikan garnisun di Tristan da Cunha, dengan tujuan mencegah Prancis menggunakannya sebagai pangkalan untuk menyelamatkan Napoleon Bonaparte, yang diasingkan di pulau terdekat Saint Helena. Populasi Tristan da Cunha saat ini kecil, hanya melebihi 250 jiwa. Mereka semua tinggal di satu-satunya pemukiman di pulau itu, yang dikenal sebagai Edinburgh of the Seven Seas. Kehidupan di Tristan da Cunha merupakan perpaduan antara kesederhanaan dan ketahanan, di mana keluarga-keluarga hidup dalam komunitas yang erat.

Penduduknya sangat bergantung pada perikanan, pertanian, dan penjualan perangko dan koin untuk menopang perekonomian mereka. Keterisolasian pulau ini menghadirkan tantangan unik. Tidak ada bandara, artinya satu-satunya cara mencapai Tristan da Cunha adalah dengan perahu, perjalanan yang bisa memakan waktu antara seminggu hingga sepuluh hari dari Afrika Selatan, tergantung kondisi laut. Komunikasi dengan dunia luar juga terbatas; Akses internet dan layanan telepon bersifat sporadis dan mahal.

Namun isolasi ini juga menciptakan rasa kebersamaan dan kemandirian pada penduduk Tristan da Cunha. Di sini, semua orang saling mengenal dan membantu, dan kehidupan diatur oleh rasa hormat yang mendalam terhadap alam dan lingkungan. Pulau ini adalah tempat perlindungan sejati bagi mereka yang ingin melepaskan diri dari tekanan dan hiruk pikuk dunia modern. Selama bertahun-tahun, Tristan da Cunha telah menghadapi dan mengatasi berbagai tantangan. Pada tahun 1961, letusan gunung berapi memaksa seluruh penduduk untuk mengungsi sementara ke Inggris.

Namun, sebagian besar penduduk kembali ke pulau tersebut setelah situasi stabil, hal ini menunjukkan ikatan kuat mereka dengan rumah mereka dan tekad mereka untuk menjaga komunitas mereka tetap hidup. Saat ini, Tristan da Cunha tetap menjadi tempat yang penuh intrik dan misteri. Sejarah dan masyarakatnya mewakili cara hidup yang bertahan meski menghadapi kesulitan. Bagi mereka yang ingin menjelajahi sudut paling terpencil di dunia, Tristan da Cunha menawarkan sekilas dunia di mana kesederhanaan dan komunitas adalah kunci eksistensi.

Di dunia yang semakin terhubung, kisah Tristan da Cunha mengingatkan kita bahwa ada tempat-tempat di mana waktu seolah berhenti, dan kehidupan mengikuti iramanya sendiri, ditentukan oleh kekuatan alam dan kemauan penghuninya. Tidak diragukan lagi, titik kecil di lautan luas ini adalah permata tersembunyi yang menyimpan banyak cerita yang menunggu untuk ditemukan. Fakta menarik lainnya tentang Tristan da Cunha adalah komunitas kecil ini memiliki dialek bahasa Inggrisnya sendiri, yang dipengaruhi oleh berbagai kebangsaan para pemukim awal.

Penduduk aslinya termasuk pelaut Inggris, tentara Italia, orang buangan Belanda, dan wanita Irlandia, menghasilkan perpaduan unik antara aksen dan kosa kata yang diturunkan dari generasi ke generasi. Dialek ini, meskipun sebagian besar dapat dimengerti oleh penutur Bahasa Inggris Standar, mencerminkan sejarah yang kaya dan beragam dari komunitas yang terisolasi dan tangguh ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun