Sejarah Istana Potala, Tibet. Bekas kediaman Dalai Lama Istana Potala, sebuah monumen megah yang menjulang di atas kota Lhasa di Tibet, adalah lambang sejarah dan spiritualitas Tibet. Awalnya dibangun pada abad ke-7 oleh Kaisar Songtsen Gampo, istana ini dibangun kembali dan diperluas pada abad ke-17 oleh Dalai Lama ke-5, menjadi kediaman musim dingin para Dalai Lama dan pusat kekuatan politik dan spiritual Tibet.
Kompleks bangunan merah putih yang megah ini berdiri di Bukit Marpo Ri, "Bukit Merah", mendominasi lanskap sekitarnya. Setiap batu di Istana Potala menceritakan sebuah kisah, mulai dari perjuangan politik hingga kemajuan pemikiran dan praktik Buddha Tibet. Istana ini bukan hanya sekedar tempat tinggal, melainkan tempat suci yang menampung ribuan patung Buddha, peninggalan suci, dan naskah kuno. Istana Potala adalah labirin dengan lebih dari seribu ruangan, masing-masing memiliki cerita tersendiri. Yang utama adalah Istana Putih dan Istana Merah.
Istana Putih, yang dibangun pada masa pemerintahan Dalai Lama ke-5, berfungsi sebagai kediaman administratif dan seremonial, sedangkan Istana Merah, dengan kapel dan kuilnya, merupakan jantung spiritual kompleks tersebut. Istana ini tidak hanya merupakan bukti kedalaman spiritual dan keterampilan artistik masyarakat Tibet, tetapi juga merupakan simbol perlawanan dan perjuangan mereka untuk otonomi. Dengan invasi Tiongkok ke Tibet pada tahun 1950 dan pengasingan Dalai Lama ke-14, Istana Potala diubah dari tempat tinggal suci menjadi museum dan lokasi wisata.
Meskipun terjadi perubahan politik, Istana Potala tetap menjadi tempat ziarah bagi umat Buddha Tibet dan simbol identitas budaya mereka. Pengunjung dari seluruh dunia tertarik pada keindahan arsitektur dan makna sejarahnya. Berjalan melalui aula dan ruangannya, seseorang dapat merasakan kehadiran sejarah berabad-abad, doa dan aspirasi spiritual, gema masa lalu yang terus bergema hingga saat ini.
Keingintahuan yang menarik dan kurang diketahui tentang Istana Potala adalah di dalamnya terdapat Gua Dharma, sebuah gua suci yang dianggap sebagai jantung istana. Gua ini dipercaya sebagai tempat meditasi Raja Songtsen Gampo pada abad ke-7. Di dalam gua, patung dan lukisan keagamaan kuno dilestarikan, dan ini merupakan tempat yang memiliki makna spiritual yang besar bagi agama Buddha Tibet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H