UMAP: Kamp  yang pernah dibangun Fidel Castro. Bayangan dalam Sejarah Revolusi Kuba Unit Bantuan Produksi Militer, yang lebih dikenal sebagai UMAP, muncul sebagai salah satu episode paling kelam dan paling kontroversial di Kuba pasca-revolusi. Bertempat di tahun 1960-an yang penuh gejolak, kita mendapati diri kita berada di sebuah negara yang masih terguncang oleh dampak Revolusi Kuba, penuh dengan cita-cita, janji-janji dan tentu saja, tantangan.
Pada tahun 1965, dalam upaya mengkonsolidasikan visi sosialis dan mendefinisikan kembali identitas nasional, pemerintah Kuba meluncurkan program UMAP. Dengan dasar pemikiran untuk mengintegrasikan dan mendidik kembali sektor-sektor masyarakat tertentu melalui kerja dan disiplin militer, sebuah peluang dijanjikan bagi mereka yang dalam beberapa hal tidak cocok dengan pola sosialis baru di negara tersebut.
Namun, di balik kedok ini, realitas UMAP jauh lebih suram. Didirikan di daerah terpencil di provinsi Camagey, kamp-kamp ini lebih berfungsi sebagai pusat penahanan dan kerja paksa. Ribuan warga Kuba dikirim ke kamp-kamp ini, "kejahatan" mereka adalah tidak mematuhi norma-norma ideologis, estetika atau moral yang ketat yang diberlakukan oleh rezim.
Kamp tersebut berkisar dari kaum intelektual, pecinta musik Inggris, pria berambut gondrong, hingga Saksi-Saksi Yehuwa dan yang mengkhawatirkan, sejumlah besar pria homoseksual. Yang terakhir ini, khususnya, menjadi sasaran penganiayaan berat, yang mencerminkan homofobia yang dilembagakan pada saat itu. Melalui cerita dan kesaksian para penyintas, kehidupan di dalam UMAP telah direkonstruksi. Kondisinya mengecewakan: hari-hari yang melelahkan, pelecehan terus-menerus, dan suasana yang menindas.
Namun, di tengah keterpurukan tersebut, kisah perlawanan, persahabatan dan solidaritas antar warga binaan pun bermunculan. Ketika kekejaman UMAP diketahui publik, kemarahan meningkat baik di dalam maupun di luar Kuba. Para intelektual, tokoh agama dan pembela hak asasi manusia bersuara menentang kamp-kamp ini, dan memberikan tekanan pada rezim Kuba.
Akhirnya pada tahun 1968, UMAP resmi dibubarkan. Meskipun babak kelam ini sudah berakhir, bekas luka dan warisan UMAP masih ada dalam ingatan kolektif Kuba. Hal ini menjadi pengingat akan pentingnya melindungi dan membela kebebasan fundamental dan hak asasi manusia, tidak hanya di Kuba, namun di seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H