Seberapa banyak yang Anda ketahui tentang kota Carthage, Tunisia? Reruntuhan kota saingan kuno Roma.Â
Di Afrika Utara, bermandikan perairan Mediterania, terletak kota Kartago, sebuah kota metropolitan yang pada puncaknya menentang kekuasaan Roma. Didirikan oleh bangsa Fenisia pada abad ke-9 SM, Kartago menjadi jantung kerajaan maritim yang kuat, memiliki sejarah yang kaya akan budaya, perdagangan, dan konflik.
Reruntuhan Carthage, yang kini menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, menceritakan kisah sebuah kota yang lebih dari sekadar pesaing Roma. Ini adalah tempat meleburnya peradaban, tempat bangsa Fenisia, Romawi, Vandal, dan Bizantium meninggalkan jejak mereka selama berabad-abad. Di antara sisa-sisanya, kita dapat menemukan Tofet, tempat perlindungan kuno Fenisia, dan Pemandian Antoine, salah satu kompleks termal terbesar di dunia Romawi.
Kartago juga merupakan tempat terjadinya Perang Punisia, tiga konflik besar antara Kartago dan Roma yang berlangsung lebih dari satu abad. Yang paling terkenal dari pertempuran ini adalah yang kedua, dimana jenderal legendaris Kartago Hannibal Barca melintasi Pegunungan Alpen dengan gajah-gajahnya, sebuah peristiwa yang telah menarik imajinasi para sejarawan dan penggemar.
Terlepas dari pencapaian dan perlawanan sengitnya, Kartago akhirnya jatuh ke tangan Roma pada tahun 146 SM, selama Perang Punisia Ketiga. Bangsa Romawi, bertekad untuk memberantas ancaman Kartago, merobohkan kota dan menaburi ladangnya dengan garam untuk memastikan bahwa Kartago tidak akan pernah bangkit lagi. Namun, bertahun-tahun kemudian, Kartago bangkit dari keterpurukan di bawah kekuasaan Romawi, menjadi salah satu kota paling makmur di Kekaisaran Romawi di Afrika.
Informasi Tambahan Setelah kehancurannya pada tahun 146 SM. oleh bangsa Romawi, Kartago tetap berada dalam reruntuhan selama hampir satu abad hingga dibangun kembali oleh Kaisar Augustus pada tahun 29 SM, mengubahnya menjadi kota Romawi yang makmur. Kota ini dengan cepat menjadi ibu kota provinsi Romawi di Afrika, yang terkenal karena kekayaan dan perannya dalam perdagangan dan budaya. Meskipun menghadapi perubahan kekuasaan dan berbagai invasi selama berabad-abad, Kartago tetap relevan hingga penaklukan Arab pada abad ke-7, menandai berakhirnya era kekuatan Mediterania dan awal babak baru dalam sejarahnya.
Saat ini, reruntuhan Kartago menjadi saksi bisu kejayaan masa lalunya. Tempat ini membangkitkan gambaran kapal-kapal Fenisia yang berlabuh di pelabuhannya, para pedagang bertukar barang-barang eksotik, dan para jenderal merancang strategi di istana mereka. Meskipun mengalami kehancuran, Kartago terus memesona orang-orang yang mengunjunginya, menawarkan jendela unik menuju dunia kuno tempat kebesaran dan tragedi saling terkait selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H