Tahukah anda kisah tragis Midas? Tahukah anda bahwa keinginannya malah mendatangkan kesengsaraan, bukan kebahagiaan?Â
Dalam sejarah mitologi Yunani, hanya sedikit cerita yang menarik dan penuh peringatan seperti cerita Raja Midas. Raja ini, yang namanya telah melampaui berabad-abad, dikenal karena keserakahan dan bakat tragisnya yang mengubah hidupnya menjadi sebuah kisah peringatan tentang bahaya kelebihan dan keserakahan.
Midas, raja Frigia, sebuah wilayah di Anatolia tengah modern, adalah karakter yang diselimuti jubah mitos dan legenda. Kisahnya yang paling terkenal dimulai ketika Midas memiliki kesempatan untuk mengabulkan permintaan apapun berkat bantuan ilahi. Dionysus, dewa anggur dan ekstasi, berterima kasih atas keramahtamahan Midas terhadap salah satu pengikutnya, menawarkan untuk memenuhi permintaannya. Raja, tanpa memikirkan akibatnya, meminta agar segala sesuatu yang disentuhnya diubah menjadi emas.
Awalnya, Midas bersukacita atas keterampilan barunya. Bunga, batu, dan elemen dekoratif istananya disulap menjadi emas murni dengan sentuhan sederhana. Namun, kegembiraan dengan cepat berubah menjadi kengerian ketika Midas menemukan bahwa makanan dan minumannya juga diubah menjadi logam, sehingga tidak mungkin untuk dikonsumsi.
Keputusasaannya mencapai puncaknya ketika, dalam tindakan cinta, dia secara tidak sengaja mengubah putri kesayangannya menjadi patung emas, sebuah pengingat akan kebodohannya.
Dalam keputusasaan, Midas memohon kepada Dionysus untuk menarik "hadiah" itu darinya. Dewa, yang merasa kasihan padanya, memerintahkannya untuk mencuci di sungai Pactolus, membebaskannya dari sentuhan emasnya. Pasir sungai dipenuhi dengan emas, namun Midas, yang kini sudah bijaksana, meninggalkan kekayaan dan mengabdikan dirinya untuk memuja Pan, dewa alam, mungkin mencari kehidupan yang sederhana dan puas.
Di luar lapisan emas yang berkilau, kisah Midas mengajak kita untuk merenungkan keinginan dan dampaknya. Di dunia di mana 'apa pun boleh' untuk mengejar kekayaan, mitos Midas bergema sebagai peringatan abadi tentang keserakahan dan potensi dampak buruknya. Selama berabad-abad, kisahnya telah ditafsirkan ulang dalam berbagai karya seni, sastra, dan musik, masing-masing mengeksplorasi aspek dari keinginannya yang disalahpahami dan konsekuensi yang ditimbulkannya tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga pada orang-orang yang ia cintai.
Oleh karena itu, legenda Midas terus diabadikan, mengingatkan kita bahwa dalam mengejar keinginan, kita harus berhati-hati terhadap apa yang kita inginkan. Sebab, seperti halnya Midas, apa yang pada suatu saat tampak seperti berkah, bisa dengan mudah berubah menjadi kutukan.