Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Menarik Oda Nobunaga dan Perjuangannya untuk Unifikasi Jepang

27 Juli 2024   18:19 Diperbarui: 27 Juli 2024   19:21 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah anda bahwa  satu orang yang dapat mengubah jepang? Kisah menarik Oda Nobunaga dan perjuangannya untuk unifikasi.

Di pegunungan berkabut dan lembah subur di Jepang pada abad ke-16, kisah ambisi, kekuasaan, dan takdir tragis terjalin menjadi satu. Ini adalah kronik Oda Nobunaga, seorang daimyo yang menandai sebelum dan sesudah dalam sejarah Jepang. Nobunaga lahir pada periode yang dikenal sebagai Sengoku, era peperangan terus-menerus, di mana para penguasa feodal berjuang untuk mendominasi wilayah. Skenario perang ini, meskipun kacau, merupakan latar belakang yang sempurna bagi bangkitnya seorang pemimpin yang memiliki visi revolusioner.

Nobunaga, sejak kecil, menunjukkan kepribadian yang tidak biasa. Pemberontakan, kelicikan, dan karakternya yang tidak terduga membedakannya. Dia bukanlah pewaris bangsawan pada umumnya; Dia tertarik pada seni, tetapi juga taktik militer. Kebangkitannya dimulai dengan kematian ayahnya, sebuah momen yang menandai dimulainya perjalanan ambisinya untuk menyatukan Jepang.

Kekuatan pada masa itu diukur berdasarkan keterampilan perang, dan Nobunaga mengetahui hal ini dengan baik. Pertunjukan kekuatan besar pertama mereka terjadi pada Pertempuran Okehazama. Dalam pertempuran ini, Nobunaga, dengan kekuatan yang jauh lebih kecil, mengalahkan daimyo saingannya yang kuat. Kemenangan ini tidak hanya mengejutkan karena kekurangan jumlah, tetapi juga karena keberanian dan inovasi taktik Nobunaga. Dia menggunakan kecepatan, kejutan, dan strategi luar biasa untuk mengalahkan musuh.

Ketenaran Nobunaga tumbuh, tapi begitu pula rasa iri dan permusuhan para penguasa feodal lainnya. Daimyo ini tidak hanya berusaha memenangkan pertempuran; Tujuannya adalah penyatuan Jepang. Untuk mencapai hal ini, Nobunaga menggunakan kombinasi diplomasi, aliansi pernikahan, dan bila perlu, kekerasan. Visinya adalah memodernisasi Jepang, termasuk penggunaan senjata api, sesuatu yang baru pada saat itu. Pengenalan instrumen perang baru ini selamanya mengubah cara perang dilancarkan di Jepang.

Namun, jalan Nobunaga bukannya tanpa tantangan. Sifatnya yang kejam dan keinginannya untuk melakukan reformasi membuatnya mendapat musuh baik di dalam maupun di luar wilayah kekuasaannya. Misteri dan intrik selalu ada di istananya, di mana konspirasi dan persekongkolan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Salah satu aspek yang paling menarik dalam kehidupan Nobunaga adalah hubungannya dengan tokoh-tokoh terkemuka lainnya pada masa itu, seperti Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu, yang kemudian memainkan peran penting dalam sejarah Jepang. Interaksinya dengan karakter-karakter ini menambah kerumitan dalam ceritanya, dimana kesetiaan dan pengkhianatan sering kali menjadi alat tawar-menawar.

Akhir hidup Nobunaga sama dramatisnya dengan hidupnya. Pada tahun 1582, dalam tindakan pengkhianatan yang dilakukan oleh salah satu jenderal paling terpercaya, Akechi Mitsuhide, Nobunaga terpaksa melakukan seppuku, sebuah ritual bunuh diri. Kematiannya meninggalkan kekosongan kekuasaan yang memicu serangkaian konflik baru.

Sosok Oda Nobunaga tetap diselimuti aura misteri dan daya tarik. Dia adalah seorang reformis, ahli strategi yang brilian, dan pemimpin yang kejam. Warisannya rumit; Bagi sebagian orang, seorang pahlawan yang mengambil langkah pertama menuju penyatuan Jepang, dan bagi yang lain, seorang tiran yang kejam. Yang benar adalah bahwa Nobunaga adalah tokoh kunci dalam masa transisi penting dalam sejarah Jepang, suatu periode yang menandai berakhirnya era negara-negara yang bertikai dan dimulainya era baru unifikasi dan sentralisasi kekuasaan. Kisahnya mengingatkan betapa ambisi, inovasi, dan kebrutalan dapat hidup berdampingan dalam jaringan sejarah manusia yang kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun