Dalam catatan sejarah, hanya sedikit tokoh yang membangkitkan daya tarik dan spekulasi seperti Tsarina terakhir Rusia, Alexandra Romanova. Kehidupannya, yang ditandai dengan kemewahan istana dan bayang-bayang tragedi, merangkai narasi yang terkait dengan nasib kerajaan yang sedang runtuh dan rancangan misterius yang mengelilinginya.
Lahir pada tahun 1872 dari keluarga kerajaan Jerman, Alexandra tiba di Rusia sebagai putri asing, menjadi permaisuri Tsar Nicholas II. Pernikahan mereka merupakan simbol aliansi politik dan ikatan cinta yang mendalam. Namun, tekanan untuk menyediakan ahli waris laki-laki bagi sebuah kerajaan yang menghargai tradisi dan garis keturunan sangatlah besar. Alexandra terlahir sebagai Alix dari Hesse, seorang putri Jerman. Nenek moyang Jerman ini mempengaruhi persepsi masyarakat Rusia terhadap dirinya, terutama pada masa Perang Dunia I, ketika ketegangan antara Jerman dan Rusia sedang tinggi.
Kedatangan putra satu-satunya mereka, Alexei, merupakan momen kebahagiaan yang dibayangi oleh sebuah kenyataan tragis: anak laki-laki tersebut menderita hemofilia, suatu kondisi yang selalu membahayakan nyawanya. Peristiwa ini menandai titik balik dalam kehidupan Alejandra, yang putus asa mencari obat untuk putranya. Penderitaannya membuatnya bergantung pada tokoh-tokoh mistik dan tabib, yang paling terkenal adalah Rasputin, seorang biksu Siberia yang pengaruhnya terhadap keluarga kerajaan menjadi sumber kontroversi dan skandal besar.
Kepercayaan buta Alexandra pada Rasputin dan semakin terisolasinya dirinya dari realitas politik memicu ketidakpuasan dan ketidakpercayaan antara aristokrasi dan rakyat Rusia. Tsarina, yang dipandang sebagai orang asing dan dituduh melakukan spionase untuk Jerman selama Perang Dunia Pertama, menjadi sasaran berbagai teori konspirasi dan legenda urban.
Pecahnya Revolusi Rusia pada tahun 1917 merupakan awal dari kemundurannya yang tiba-tiba. Pengunduran diri Nicholas II tidak hanya menandai berakhirnya monarki Rusia, tetapi juga menjerumuskan keluarga Romanov ke dalam nasib yang suram. Dalam tahanan rumah dan kemudian disandera, Alejandra dan keluarganya akhirnya dieksekusi pada tahun 1918, sebuah tindakan yang dirahasiakan selama beberapa dekade.
Kematian Alejandra dan keluarganya diselimuti misteri sehingga memunculkan banyak teori dan legenda. Yang paling gigih adalah dugaan kelangsungan hidup Grand Duchess Anastasia, meskipun penelitian selanjutnya dan tes DNA telah membantah teori ini. Meski begitu, sosok Anastasia terus memenuhi imajinasi populer, melambangkan bayang-bayang terakhir dari era yang hilang.
Sosok Alejandra Romanova dengan aura tragedi dan misterinya terus memukau para sejarawan dan penggemarnya. Kisahnya merupakan pengingat bagaimana sejarah dapat dibentuk oleh keputusan pribadi dan kekuatan yang tidak dapat dikendalikan pada masanya. Di dalamnya, kita tidak hanya menemukan kronik dinasti yang jatuh, tetapi juga lapisan kompleks dari suatu kepribadian yang, hingga hari ini, tetap menjadi objek daya tarik dan misteri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H