Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sherpa: Komunitas Etnis di Himalaya

16 Juli 2024   08:13 Diperbarui: 16 Juli 2024   08:17 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sherpa di Himalaya, sumber: iStock)

Pernahkah anda memikirkan bagaimana Sherpa, yang terkenal dengan keterampilan mendakinya, menganggap gunung sebagai sesuatu yang sakral, terutama Everest atau "Chomolungma"? Saya akan menceritakan sedikit tentang Komunitas Sherpa.

Sherpa, sebuah komunitas etnis yang tinggal di daerah pegunungan Nepal, telah mendapatkan pengakuan global atas keterampilan pendakian mereka yang luar biasa dan peran penting mereka dalam ekspedisi Everest. Namun, di luar keterampilan teknis dan ketahanan fisik mereka, terdapat hubungan spiritual dan budaya yang mendalam dengan pegunungan di sekitar mereka, terutama dengan Everest, yang mereka kenal sebagai "Chomolungma", yang berarti "Ibu Alam Semesta".

(Sherpa di Himalaya, sumber: iStock)
(Sherpa di Himalaya, sumber: iStock)

Nama "Sherpa" tidak hanya mengacu pada komunitas etnis tertentu, tetapi juga telah menjadi istilah umum dalam dunia pendakian untuk menggambarkan pemandu gunung dan kuli angkut. Namun, bagi para Sherpa, istilah ini memiliki makna budaya yang mendalam dan kekayaan sejarah yang melampaui peran mereka dalam ekspedisi Everest.

Hubungan Sherpa dengan pegunungan lebih dari sekadar hubungan fisik. Bagi mereka, pegunungan bukan sekadar struktur geografis yang mengesankan. Mereka adalah entitas suci yang menampung roh dan dewa. Pandangan dunia ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari dan praktik keagamaan mereka. Sebelum melakukan ekspedisi besar, Sherpa melakukan ritual dan upacara untuk menenangkan para dewa gunung dan meminta perlindungan. Ritual-ritual ini, yang sering dilakukan oleh para lama (biarawan Buddha), merupakan campuran dari kepercayaan Buddha Tibet dan animisme pra-Buddha.

(Sherpa di Himalaya, sumber: iStock)
(Sherpa di Himalaya, sumber: iStock)

Rasa hormat dan hormat terhadap gunung begitu dalam sehingga mempengaruhi cara Sherpa melakukan pendakian. Mereka tidak melihat puncak sebagai tujuan untuk ditaklukkan, namun sebagai tempat suci yang mereka datangi dengan kerendahan hati dan rasa hormat. 

Perspektif ini kontras dengan pandangan banyak pendaki gunung di Barat yang terkadang berfokus pada pencapaian pribadi dalam mencapai puncak. Bagi para Sherpa, setiap pendakian adalah kesempatan untuk menghormati dewa dan hidup selaras dengan alam.

Sejarah Sherpa dengan Everest relatif baru dalam sejarah. Meski mereka telah mendiami pegunungan Himalaya selama berabad-abad, baru pada abad ke-20 mereka mulai ikut serta dalam ekspedisi luar negeri. Pendakian Everest pertama yang berhasil pada tahun 1953 oleh Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay, seorang Sherpa, menempatkan komunitas ini di peta dunia. 

Sejak itu, Sherpa telah berperan penting dalam pendakian yang tak terhitung jumlahnya, tidak hanya memberikan dukungan logistik tetapi juga pengetahuan lokal yang penting untuk bertahan hidup di ketinggian yang ekstrim.

(Sherpa di Himalaya, sumber: iStock)
(Sherpa di Himalaya, sumber: iStock)

Namun, popularitas Everest juga membawa tantangan tersendiri. Peningkatan pariwisata dan ekspedisi komersial telah meningkatkan keprihatinan lingkungan dan sosial. Sampah yang ditinggalkan para pendaki dan rusaknya jalur suci menjadi masalah serius. Sherpa, meskipun memiliki peran penting, sering kali menghadapi risiko besar dan kondisi kerja yang sulit, sehingga menimbulkan perdebatan mengenai keadilan dan kesetaraan dalam industri pendakian.

Singkatnya, para Sherpa Himalaya memandang pegunungan, khususnya Everest, sebagai entitas suci yang penuh makna spiritual. Hubungannya dengan gunung-gunung ini rumit, berdasarkan perpaduan tradisi, agama, dan realitas modern pendakian komersial. Dengan mengenali dan menghormati perspektif ini, kita dapat lebih mengapresiasi kekayaan budaya dan kebijaksanaan para Sherpa, yang mengajarkan kita bahwa pegunungan lebih dari sekadar tujuan wisata; Itu adalah tempat suci yang pantas kita hormati dan hormati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun