Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suku Mentawai: Suku yang Dijuluki sebagai Manusia Bunga

9 Juli 2024   07:04 Diperbarui: 9 Juli 2024   11:59 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(laut di pulau Mentawai, Indonesia, Sumber: depositphotos/wirestock)

Tahukah Anda? Disudut Indonesia yang terlupakan, hiduplah sekelompok suku yang dijuluki sebagai manusia bunga. Maukah Anda menelusuri lebih lanjut? 

Suku Mentawai, suku asli yang telah mendiami kepulauan Mentawai selama ribuan tahun, terletak sekitar 150 kilometer sebelah barat Sumatera, Indonesia, merupakan kelompok manusia yang telah memikat minat para antropolog, petualang, dan pelancong selama berabad-abad. Kombinasi budaya unik, praktik tradisional, dan hubungan harmonis dengan alam menjadikan mereka kesaksian hidup dari masa lalu, ketika manusia dan lingkungan secara intrinsik terhubung.

Nenek moyang purba mereka tiba di Kepulauan Mentawai ribuan tahun lalu, setelah menyeberangi laut dari Sumatera, dengan sampan buatan tangan. Pulau-pulau ini, meskipun letaknya dekat dengan pulau besar Sumatera, menawarkan lingkungan yang berbeda, dipenuhi hutan hujan lebat, hutan bakau, pantai yang masih asli, dan keanekaragaman hayati yang mengesankan. Di lingkungan inilah masyarakat Mentawai mulai mengembangkan tradisi, pandangan dunia, dan cara hidup mereka yang unik.

(laut dan pohon palem di pulau Mentawai, Indonesia, Sumber: depositphotos/wirestock)
(laut dan pohon palem di pulau Mentawai, Indonesia, Sumber: depositphotos/wirestock)

Hutan Mentawai menyediakan semua yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Mulai dari makanan seperti singkong dan pisang hingga bahan untuk membangun rumah dan peralatannya. Berburu dan meramu merupakan kegiatan sehari-hari, dan sungai serta laut menyediakan ikan yang melimpah. Hubungan simbiosis masyarakat Mentawai dengan alam tercermin dalam keyakinan dan praktik spiritual mereka.

Shamanisme, misalnya, memainkan peran sentral dalam kehidupan masyarakat Mentawai. Mereka percaya adanya roh di segala sesuatu di sekitar mereka, mulai dari hewan dan tumbuhan hingga sungai dan gunung. Dukun, yang dikenal secara lokal sebagai "sikerei," bertindak sebagai mediator antara dunia manusia dan dunia roh. Mereka adalah tabib, pemimpin spiritual, dan penasihat komunitas.

Salah satu ciri khas orang Mentawai adalah penampilan fisiknya. Secara tradisional, mereka menghiasi diri mereka dengan tato rumit yang menutupi sebagian besar tubuh mereka. Tato ini tidak hanya sekedar estetika; Mereka memiliki makna spiritual dan budaya yang mendalam. Mereka mewakili identitas, status sosial, pengalaman hidup dan prestasi. Selain itu, mengasah gigi adalah praktik estetika dan budaya lainnya, yang dianggap sebagai tanda keindahan dan keistimewaan.

Namun, selama bertahun-tahun, kontak dengan dunia luar telah membawa tantangan dan ancaman terhadap budaya Mentawai. Kedatangan para misionaris, pedagang, dan kemudian turis, serta kebijakan integrasi pemerintah, telah memberikan tekanan pada orang-orang ini untuk beradaptasi dan mengubah cara hidup tradisional mereka. Hutan hujan yang dulunya merupakan rumah dan penghidupan mereka, kini menghadapi ancaman deforestasi dan eksploitasi komersial.

Lalu mengapa suku Mentawai dijuluki dengan manusia bunga.? Suku Mentawai dikenal sebagai "manusia bunga" karena kedekatan mereka dengan alam dan ketergantungan mereka pada tumbuhan tidak hanya sebagai sumber makanan, tetapi juga untuk pengobatan, konstruksi, dan ritual. Hubungan yang mendalam dengan flora di lingkungannya telah membuat mereka dianggap, secara puitis, sebagai bagian integral dari keanekaragaman hayati yang melimpah di sekitar mereka.

(laut di pulau Mentawai, Indonesia, Sumber: depositphotos/wirestock)
(laut di pulau Mentawai, Indonesia, Sumber: depositphotos/wirestock)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun