Charles Goodyear adalah pria yang sangat gigih, ia meninggalkan sekolah pada usia 12 tahun untuk bekerja di toko perkakas ayahnya di Connecticut. Pada usia 23 tahun ia menikah dengan Clarissa Beecher dan segera setelah itu pasangan tersebut pindah ke Philadelphia, tempat Goodyear membuka toko perangkat kerasnya sendiri.
Goodyear adalah seorang pedagang yang kompeten, namun minatnya adalah kimia, ilmu material, dan penemuan. Pada akhir tahun 1820-an ia menjadi sangat tertarik untuk menemukan dan meningkatkan aplikasi praktis karet alam (disebut karet India). Eksperimennya akan mengubah dunia, namun jalan Goodyear menuju kesuksesan akan penuh tantangan.
Pada tahun 1830, pada usia 29 tahun, Goodyear menderita masalah kesehatan dan eksperimen karetnya (yang didanainya dengan pinjaman) tidak berhasil.
Pada akhir tahun, bisnisnya bangkrut dan dia dijebloskan ke penjara debitur. Itu adalah awal yang buruk dalam karirnya sebagai ilmuwan dan penemu.
Masalah utama dalam menemukan aplikasi komersial untuk karet alam adalah bahannya tidak elastis dan tidak tahan lama, terurai dan menjadi lengket tergantung pada suhu. Goodyear bertekad untuk menemukan solusi kimia untuk mengatasi masalah tersebut, memulai eksperimennya saat berada di penjara.
Setelah banyak kegagalan, terobosannya datang ketika ia mencoba memanaskan karet bersama dengan belerang dan bahan tambahan lainnya. Pada tahun 1843 ia menulis kepada temannya, "Saya telah menemukan proses baru pengerasan karet India dengan menggunakan belerang dan ini lebih unggul dari metode lama seperti halnya besi yang dapat ditempa lebih unggul dari besi tuang. Saya menyebutnya Vulkanisasi." Goodyear mengajukan permohonan patennya untuk karet vulkanisasi pada tanggal 24 Februari 1844 (hari ini seratus delapan puluh tahun yang lalu) dan paten tersebut dikeluarkan empat bulan kemudian.
Berkat vulkanisasi karet dapat digunakan untuk membuat ban, sol sepatu, selang, dan banyak barang lainnya. Ini adalah salah satu pencapaian teknologi paling penting pada abad ke-19. Jadi, Charles Goodyear menjadi kaya raya? Sayangnya tidak. Dia terus berjuang secara finansial selama sisa hidupnya, terlibat dalam litigasi dengan penemu lain mengenai validitas patennya, sehingga mencegahnya mengambil keuntungan dari paten tersebut. Sementara itu, istrinya, Clarissa, mengidap TBC dan sebagian besar pendapatan keluarga digunakan untuk biaya pengobatan dan perjalanan panjang untuk mencari obat.
Clarissa meninggal pada tahun 1848 pada usia 39 tahun, meninggalkan enam orang anak, antara usia 4 dan 17 tahun.
Pada usia 54 tahun, saat masih berjuang untuk mempertahankan patennya dan mengkomersialkan penemuannya, Goodyear menikahi Mary Starr yang berusia 40 tahun (yang belum pernah menikah sebelumnya) dan pasangan tersebut kemudian memiliki dua anak bersama. Itu juga merupakan pernikahan yang bahagia, tapi Goodyear tidak ditakdirkan untuk menikmatinya dalam waktu lama.
Menderita dampak buruk dari paparan bahan kimia berbahaya selama bertahun-tahun, Goodyear pingsan di sebuah hotel di New York City pada tanggal 1 Juli 1860, dan meninggal pada hari itu juga. Pada saat kematiannya, dia berusia 59 tahun, tidak punya uang, dan terlilit hutang.
Perusahaan Ban dan Karet Goodyear, didirikan di Akron, Ohio oleh Frank Seiberling hampir 40 tahun kemudian, dinamai untuk menghormati Charles Goodyear. Baik Charles Goodyear maupun siapa pun di keluarganya tidak ada hubungannya dengan perusahaan tersebut.
Berkaca pada pencapaian Goodyear, sejarawan Samuel Eliot Morrison menulis, "Kisah Goodyear dan penemuan vulkanisasinya adalah salah satu yang paling menarik dan instruktif dalam sejarah sains dan industri." Namun, ia menambahkan, "Ini juga merupakan sebuah epik penderitaan dan kemenangan umat manusia, karena kehidupan Goodyear adalah perjuangan tanpa henti melawan kemiskinan dan kesehatan yang buruk." Goodyear sendiri berfilsafat tentang kegagalannya mencapai kesuksesan finansial, menulis bahwa dia tidak cenderung mengeluh bahwa dia telah menanam dan orang lain telah mengumpulkan buahnya.
Â
"Keuntungan berkarir dalam hidup tidak boleh diukur hanya dengan standar uang dan sen, seperti yang sering dilakukan. Manusia mempunyai alasan untuk menyesal ketika dia menabur dan tidak ada yang menuai."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H