"Kalian tahu tidak. Aku, kopaja dan transjakarta memiliki tanggung jawab dan tujuan yang sama, hanya saja proses jalannya yang berbeda" kata bis antar kota.
"Kamu tahu jika kita fokus dengan kehebatan yang dimiliki semesta lain, pikiran kita akan rusak, emosi akan meningkat dan setiap hari hidup kita akan terus gelisah" kata transjakarta.
"Benar, aku ini hanya bis antar kota. Biasanya hari besar saja orang-orang ramai mengunjungiku. Tapi aku tetap bahagia karena masih ada yang ingat denganku, walaupun tak sebanyak dulu" ucap bis antar kota.
"Kalian tahu jika kita beradu saing satu sama lain semuanya hanya menimbulkan keributan dan akan membuat perpecahan. Semua yang ada di dunia ini memiliki proses kehidupan yang berbeda. Kehidupan itu adalah perjalanan bukan persaingan" saut kopaja.
"Benar, walaupun kalian berbeda pasti kalian memiliki keunggulan masing-masing. Bersyukurlah dengan apa yang kalian miliki karena keberuntungan akan datang kepada insan yang terus berusaha, bersabar dan bersyukur” tutur transjakarta.
Angkot umum dan Angkot jaklingko pun saling berbaikan. Mereka menyadari jika semua yang mereka lakukan hanyalah sia-sia, maka dari itu untuk kedepannya mereka akan saling menghargai satu sama lain.
Karena semua sudah berdamai, mereka kembali melakukan aktivitasnya masing-masing dan sepeda tua pun melanjutkan perjalanannya kembali. Hari pun semakin sore, suara bising klakson terus berbunyi tanpa henti. Sepeda tua sangat bingung mengapa di Kota ini banyak yang tak sabar.
"Tinnn...tinnn...tinnn" suara klakson dari salah satu mobil pribadi berwarna biru.
"Hei mobil biru, bisakah bersabar. Lihat lampu menunjukan warna kuning" kata sepeda tua.
"Hei sepeda tua, tau apa kau dengan jalan raya" saut mobil pribadi biru dengan kasar.
"Haha... sepeda tua, sepeda tua. Waktu itu adalah uang, jadi semua harus cepat. Kau tidak lihat banyak orang-orang berjalan tanpa melihat. Ya karena mereka mengejar uang maka mereka tidak memiliki waktu singkat untuk beristirahat" celetuk sepeda motor.