Mohon tunggu...
Pena Kecil
Pena Kecil Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Pena Kecil

Seni adalah impian saya dari kecil. Dari sebuah pena sebuah karya lahir. Walaupun impian itu jauh namun dengan menjadikan ini sebuah hobi maka setidaknya diri ini berjalan beriringan dengan impian

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cerbung : Eps 1 (Jakarta) Kereta Bersaudara

16 November 2024   18:35 Diperbarui: 16 November 2024   18:48 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Nadya Saraswati

Jakarta ramai tapi kadang tak bersuara. Mungkin jika semua kendaraan dapat berbicara, semua akan mengatakan bahwa mereka senang karena tidak kesepian namun sedih karena kadang diabaikan. Ketika semua berkumpul mungkin semua akan terlihat adu saing namun jika kita kupas, semua mempunyai ceritanya masing-masing.

Kali ini sepeda tua berkumpul dengan kereta bersaudara.

"hai kereta, kamu enak sekali setiap hari selalu diminati. Sebelum matahari terbit sampai tengah malam, kau tidak kesepian. Berbeda denganku hanya sepeda tua yang tak memiliki cerita tiap harinya" kata sepeda tua dengan nada putus asa.

"hai sepeda tua, aku memang tidak pernah kesepian. Namun kamu tahu, setiap hari aku melihat orang-orang asyik dengan dunianya sendiri. Walaupun rumahku ramai namun kadang jarang berinteraksi, semua berjalan dengan cepat sampai tidak menikmati perjalanan. Tapi aku belajar dari mereka, walaupun setiap hari berdesak-desakan, mereka tetap semangat dan konsisten dengan keadaan yang dijalaninya. Beberapa orang memikul beban dan kadang juga memikul pikiran dengan jarak yang tidak keruan. Makanya aku tetap bersyukur dengan semuanya" tutur Kereta Rel Listrik (KRL).

"Lalu apa kamu tidak iri dengan saudaramu si KRL?" tanya sepeda tua kepada kereta api jarak jauh.

"aku memang tak secanggih saudaraku, aku menempuh jarak sangat jauh. Banyak tangisan dan perpisahan sebelum aku membawa mereka pergi, namun aku tetap bersyukur karena dengan adanya aku mereka bisa beristirahat sejenak menikmati alam yang ada. Bahkan aku dapat membuat insan dan semesta bersatu dalam keharmonisan" tutur kereta api jarak jauh.

"lalu kalian MRT dan LRT, kalian keren banget, berbeda sekali penampilan kalian dengan kedua saudaramu itu" kata sepeda tua.

"ha ha ha, kamu bisa saja sepeda tua. Umur kami memang lebih muda dari mereka karena itulah kami masih terlihat keren. Namun orang-orang yang datang mengunjungi kami tidak banyak karena kami tak bisa berkelana terlalu jauh, selain itu ukuran kami lebih kecil dari mereka." Jawab LRT

"benar sekali, terkadang mereka yang didalam sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Keadaannya bahkan lebih sunyi dibandingkan dengan kedua saudara kami. Tetapi aku tetap bersyukur karena aku bisa membawa mereka dengan cepat dan aku bisa membawa mereka ke bawah tanah untuk menjauh dari ruwetnya energi duniawi walaupun hanya sekejap" kata MRT.

"aku juga bersyukur dengan diriku sendiri, walaupun aku tak sama dengan saudara-saudaraku setidaknya aku bisa belajar untuk melihat dunia lebih jauh dari atas jalurku dan aku dapat melihat jika masih ada insan tuhan yang kurang beruntung dibawah sana, maka dari situlah aku bisa belajar bersyukur" saut LRT.

 "oh ya, kalau begitu bagaimana pada kereta bandara atau adik kalian kereta cepat itu?" tanya sepeda tua.

"mereka pasti memiliki cerita tak jauh berbeda dengan kami, karena semua yang ada di dunia ini memiki pelajarannya tersendiri" jawab KRL.

"benar sekali, mari kita syukuri apa yang kita miliki. Jangan sampai kita iri satu sama lain dan membuat perpecahan antar sesama. Jadi wahai sepeda tua, sekarang pasti kamu pahamkan, walaupun kita berbeda tetapi kita tetap satu jenis kendaraan yang sama. Kami semua memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, tergantung bagaimana kita menjalaninya. Jika kita saling adu saing satu sama lain, mungkin semuanya tidak akan berakhir. Bukankah jika rasa ego muncul tiap harinya, hidup tak akan berarti apa-apa lalu apa yang kamu lakukan selama ini akan sia-sia dan tak memiliki kenangannya tersendiri" kata kereta api jarak jauh.

Sepeda tua pun belajar dari kereta bersaudara, bahwasannya kita ini memang memiliki wadah yang berbeda dengan tiap insan yang ada di alam semesta ini dan sesama saudara seharusnya saling menghargai tanpa ada rasa iri, harus saling membantu tanpa saling melempar batu dan selamanya harus berjalan beriringan tanpa ada persaingan.    

bersambung.....

Malam minggu gak usah kemana-mana, karena pena kecil akan update sebuah cerita yang menarik.

Nantikan kelanjutan CERBUNG setiap hari sabtu hanya di https://www.kompasiana.com/nadya2908 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun