Mohon tunggu...
Nadya Annastasya
Nadya Annastasya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Nadya Annastasya mahasiswa Universitas Komputer indonesia,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan jurusan Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Jahit Cita, Raih Impian: Catatan Inspiratif Wanita Tangguh Dalam Mengukir Sukses Bisnis Konveksi

10 Desember 2023   23:23 Diperbarui: 10 Desember 2023   23:29 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Devi Juwita adalah seorang ibu rumah tangga yang lahir di Bandung tanggal 3 Mei 1979 yang sekarang menduduki usia 44 tahun, Devi Juwita merintis karir sejak masih duduk dibangku  SMK. Tepatnya di SMK Pasundan 1 Bandung  dengan jurusan akuntasi. Dalam perjalanan pendidikannya, Devi Juwita memanfaatkan Ilmu yang di dapat saat duduk di bangku sekolah. Dan mampu dia implementasikan di kehidupan berbisnisnya yaitu bisnis konveksi, walaupun Devi Juwita tidak melanjutkan pendidiknnya hingga ke jenjang sarjana, tetapi Devi Juwita mampu bersaing dalam berbisnisnya di Ibu kota pada dunia tas murah di Pasar Senin Jakarta Pusat.

Jakarta adalah tempat mengadu nasibnya, memang benar adanya bagi Devi Juwita. Hampir 70% perputaran uang di Indonesia mampu dia manfaatkan dalam jual beli tas dalam skala nasional, walaupun baginya tidak menghasilkan untung yang besar, tetapi fokus Devi Juwita yaitu mengincar partai besar dalam menjalankan orderan bisnisnya, kuantiti yang menjadi prioritas bukan hanya sekedar kualitas. Karena Devi Juwita mempunyai prinsip, jika dia bersaing tentang kualitas maka banyak brand besar yang tak dapat dia kalahkan dari segi kualitas, atau dari segi permodalan yang menopang roda perputaran bisnis mikro yang dia jalani saat ini.

Memiliki cita-cita dan harapan untuk menjadi sukses dalam berbisnis terutama bisnis konveksi yang ia jalani dan menjadi orang yang bisa membantu dan berguna bagi banyak orang adalah salah satu tujuan hidup seorang Devi Juwita, karena menurutnya berbisnis adalah hobby yang menyenangkan. Tidak pernah merasa tertekan  dan tidak ada keterpaksaan dalam menjalani bisnisnya. Bagi Devi Juwita hasil dan keuntungan yang didapat dari bisnis konveksinya merupakan  ada bagian yang orang lain harus merasakan atau biasa disebutnya sebagai sedekah. Sedikit banyaknya Devi Juwita dalam memberikan dengan bentuk materil membuatnya merasa senang karena bisa membantu sesama manusia terutama orang sekitarnya. 

Meskipun Devi Juwita memulai perjalanan bisnis konveksinya secara informal dengan cara membantu bisnis orang tuanya, wanita yang juga berperan sebagai ibu rumah tangga ini berhasil mengambil langkah terbesar dalam hidupnya yaitu dengan membuka bisnis konveksi sendiri. Cara "Learning by Doing" menjadi pilar utama yang diterapkan dalam manajemen bisnis konveksinya. Terus berupaya dan belajar untuk menciptakan inovasi baru, tentunya Devi Juwita menghadapi dan merasakan berbagai tantangan dan kesulitan sepanjang perjalanan bisnisnya.

Meskipun sudah mengalami kegagalan berkali-kali, semangat dan keteguhan mental dan fisiknya yang tidak pernah menyerah menjadi kunci kesuksesan dalam menjalankan bisnisnya secara signifikan, seperti yang diungkapkannya.

Sejak awal kariernya, Devi Juwita merintis usaha konveksi  dengan niat, tekad yang kuat dan semangat yang membara dalam menjalankannya. Di perjalanannya, Devi Juwita pastinya menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang datang bersamaan dengan mimpi besar yang ingin diwujudkannya. Namun, lagi -- lagi keyakinan dan keberanian adalah sahabat setianya, yang membimbingnya melewati badai bisnis dengan kadangkala tak terduga.

Dengan cara mempertahankan kesetiaan untuk pelanggan menjadi kunci utama bagi Devi Juwita, yang telah mengejar karir bisnisnya selama 23 tahun. Di dalam perjalanan bisnisnya, peran seorang suami turut menyokong kesuksesannya. Mulai dari proses produksi hingga distribusi barang, suaminya menjadi kekuatan pendorong di balik kesinambungannya. Dengan cara memberikan layanan terbaik kepada pelanggan dan dukungan yang tak tergantikan dari sang suami, Devi Juwita terus berkembang dalam dunia bisnis konveksinya.

Perlu diketahui fakta menariknya, Devi Juwita selain mampu bersaing di pasar ibu kota, ia juga mampu bersaing di pasar-pasar kota dan kabupaten lainnya yang ada di Jawa Barat. Menurut Devi Juwita, kunci agar banyak relasi dalam berbisnis adalah dengan memahami karakter pelanggan dengan cara memberikan treatment seperti keluarga kepada pelanggan menjadi kunci kesuksesannya di dalam usaha fashion tradisional, meskipun digempur habis-habisan oleh platform online shop, tidak membuat Devi Juwita beranjak dari bisnis ini. Karena bisnis yang ia  dijalani adalah skema Business to Business bukan Business to Customer, bahkan Devi Juwita menjadi tangan Pertama dari 4 tangan rantai bisnis ini, maklum saja menurutnya dengan keuntungan yang kecil namun bisnis ini tidak lekang dimakan waktu.

Agung Yuniarto adalah suami Devi Juwita yang sudah membersamai Devi Juwita sejak tahun 1998. Menurut suaminya, Devi Juwita merupakan sosok wanita yang tidak mudah menyerah, pekerja keras, dan visioner. Karena Di saat wanita atau ibu rumah tangga yang lain sibuk dengan gaya hidupnya seperti arisan sosialita atau berbelanja dengan membeli barang-barang mewah yang gaya hidupnya konsumtif. Devi Juwita tidak menyukai hal-hal tersebut, ia masih memilih untuk tetap semangat berbisnis, bahkan setelah libur lebaran atau libur sekolah. Libur lebaran adalah waktu yang ditunggu - tunggu oleh pedagang fashion bergaya old school, seperti di Jakarta dengan pasar tanah abangnya atau Bandung dengan Pasar barunya. Momen libur lebaran atau orang - orang biasa menyebutnya maremaan atau bulan penuh penglarisan, karena volume produksi yang biasanya setiap bulan hanya 7000 produk tas. Namun saat libur lebaran bisa mencapai 2-3 kali lipat lebih banyak, toko-toko dan pasar - pasar menampung semua itu dengan sangat mudahnya.  Karena pasar sangat dipadati orang yang akan berbelanja pakaian barunya.

Menurut Devi Juwita terkait  tidak bergabung bisnisnya di dalam  E-Commerce, baginya bukan karena tidak tertarik.  Namun, Devi Juwita tidak ingin dirinya memotong rantai ekosistem penjualan tas yang dibangunnya, sebagai bagian dari produsen Devi Juwita tidak ingin pelanggannya tidak mendapatkan keuntungan dari para konsumen online yang membeli kepadanya. Salah satu contohnya pelanggan Devi Juwita yaitu ada didalam pasar senin impres yang  dikirim produk tas setiap minggunya, dan rata-rata penjual online pemula mencari barang darinya, Devi Juwita merasa kurang etis jika mengharuskan dirinya membuka toko online. "Seperti orang serakah dengan materi untuk meraup keuntungan lebih besar. Bisnis itu bukan sekedar jual beli mendapat keuntungan" Ujar Devi Juwita.

Bagi Devi Juwita, banyak orang yang bergantung pada lini bisnis konveksi tasnya. Mulai dari para buruh pembuat bahan baku, para pengrajin penjahit, para pembuat desain, para pekerja kasar (bagian QC/finishing) dan orang - orang yang berada di pasar juga. Menjadikan bisnis sebagai sebuah amal ibadah dengan membuka lapangan pekerjaan, walaupun hasil yang para pekerjanya dapatkan tidak besar adalah prinsip Devi Juwita. Namun penghasilannya cukup untuk menghidupi mereka, memberi makan keluarganya, memberikan pendidikan yang layak bagianak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun