Mohon tunggu...
Nadiyya Syahidah
Nadiyya Syahidah Mohon Tunggu... lainnya -

mahasiswi AKADEMI KEPERAWATAN POLRI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fenomena Pancasila Kini

10 September 2013   06:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:07 1913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pancasila yang kita kenal sebagai dasar dari negara kita,Indonesia. Pancasila memilki nilai-nilai yang menjadi landasan bangsa Indonesia untuk menjalankan kehidupan bernegara. 5 nilai atau aspek yang terdapat di dalam pancasila juga menjadi landasan hukum untuk membuat undang-undang Negara. Namun,ironisnya pada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai penting ini sering terabaikan.

Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah bahwa pancasila dibentuk dari proses yang tidak mudah. Sejarah mengatakan bahwa pahlawan-pahlawan ideologi kita terdahulu mengadakan musyawarah/rapat untuk merumuskan sebuah fondasi negara yang nantinya diharapkan akan diterapkan dan ditanamkan di dalam sanubari tiap warga negara dalam menjalankan kehidupannya. Jika kita mengetahui bahwa hal tersebut diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah, harusnya kita dapat menghargai perjuangan tersebut. Bukan dengan meninggalkannya, mengabaikannya dan akhirnya ke lima dasar Negara tersebut hanya menjadi kenangan atau onggokan yang tak berharga. Terutama untuk para generasi penerus bangsa.

Sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” mengajarkan pada kita bahwa sebagai manusia,kita meyakini adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta ini. Kita sebagai manusia yang termasuk makhluk ciptaanNya pun harus meyakini adanya Tuhan,dan sebagai makhluk yang beragama kita harus menjalankan ibadah dengan baik. Tidak hanya harus beribadah,karena di Indonesia banyak sekali agama dan keyakinan yang berbeda-beda seharusnya saling menghargai perbedaan tersebut. Fenomena yang terjadi malah jauh dari idealism tersebut. Bahkan oknum yang seagama pun tidak akur dan bahkan membuat kerusuhan yang mengatasnamakan agama.

Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” menjelaskan bahwa manusia memiliki harga diri yang harus dihormati oleh manusia yang lainnya dalam berkehidupan di masyarakat. Sila ini berdampingan maknanya dengan sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia”,hal ini dimaksudkan bahwa setiap warga Negara Indonesia harus menjalin persatuan yang baik walaupun terdapat sangat banyak perbedaan. Untuk bersatu,diperlukan toleransi yang besar kepada sesama dalam berkehidupan social agar dapat berjalan harmonis.

Sila keempat berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Hal ini menyatakan bahwa dalam kehidupan sebagai warga negara membutuhkan sebuah hasil atau keputusan yang bulat dari setiap pemecahan masalah. Dalam musyawarah, ditanamkan banyak nilai-nilai bertoleransi yang nantinya menciptakan hubungan bermasyarakat yang harmonis.

Sila kelima berbunyi “Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini mengandung aspek keadilan. Bahwa semua manusia ingin diperlakukan secara adil tanpa adanya pembeda-bedaan dalam perlakuan di masyarakat. Yang tentunya sikap adil ini pun akan menciptakan hubungan yang harmonis sehingga tidak terjadi kesenjangan dlaam perlakuan social di masyarakat. Tidak terjaid lagi diskriminasi yang mengucilkan kelmpok-kelompok minoritas.

Walaupun dalam fenomena di kehidupan masyarakat nilai-nilai ini masih sangat minim sekali bahkan cenderung hilang,sudah seharusnya para generasi muda selalu menanamkan nilai-nilai ini,membangkitkan dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak ketinggalan pula aspek moral yang harus dipahami dengan sangat baik dan ditingkatkan. Bangkit generasi muda pancasila !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun