Kuntowijoyo dalam pengantar buku Taufik yang berjudul Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia menyatakan bahwa Taufik Ismail adalah penyair yang sangat peka dengan sejarah karena riwayat hidup pribadinya memang sarat dengan pengalaman sejarah dan menunjukkan keterlibatan penuh di dalamnya. Dan Suminto A. Sayuti dalam pidato pengantar pada penganugerahan gelar Dr. Honoris Causa untuk Taufik Ismail menyatakan bahwa di antara para sastrawan yang prihatin atas situasi dan kondisi pengajaran sastra di Indonesia adalah Taufik Ismail. Dialah yang menggebrak khalayak pecinta sastra Indonesia melalui penelitiannya yang dirumuskannya dalam pertanyaan "Benarkah Bangsa Kita telah Rabun Membaca dan Lumpuh Menulis?" Suminto lebih lanjut menegaskan "Dr. Taufik Ismail layak ia anugerahi doktor honoris causa di bidang pendidikan sastra karena yang bersangkutan telah menunjukkan jasanya yang begitu besar di bidang kebudayaan, khususnya dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sastra Indonesia, di samping yang bersangkutan juga memenuhi syarat sebagaimana dituntut oleh peraturan perundang-undangan tentang penganugerahan gelar kehormatan di negeri ini".
Taufik Ismail juga tercatat sebagai salah satu pendiri majalah Horison, yang merupakan satu-satunya majalah sastra di Indonesia yang bertahan sampai saat ini. Selain itu, peran Taufik Ismail dalam perkembangan sastra di masyarakat adalah berupa pendirian "Rumah Puisi" di Aia Angek Sumatera Barat, yang merupakan tanah kelahirannya.
Referensi:
Anggraini, Nori. (2019). "PERAN TAUFIQ ISMAIL DALAM PERKEMBANGAN SASTRA Di INDONESIA". Jurnal Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 8 No. 1 Januari 2019.
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Taufiq_Ismail.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H