Pada era modern, media bukan sekadar alat komunikasi, tetapi telah berkembang menjadi sebuah ekosistem yang kompleks, memengaruhi hampir semua aspek kehidupan manusia. Perspektif ekologi media yang digagas oleh Marshall McLuhan dan dikembangkan oleh Neil Postman menawarkan cara pandang unik terhadap hubungan manusia, teknologi, dan informasi. Ekologi media melihat bagaimana media membentuk persepsi manusia terhadap realitas dan bagaimana manusia menyesuaikan diri dengan teknologi yang terus berkembang.
   Marshall McLuhan menyatakan, "The medium is the message". Teori yang menjelaskan, bentuk media lebih berpengaruh dalam membentuk pola pikir manusia daripada isi pesan itu sendiri. Hal ini relevan dalam mengkaji bagaimana media menciptakan dampak budaya dan sosial yang luas, mulai dari era tulisan hingga dominasi teknologi digital saat ini.
Transformasi Media: Dari Lisan hingga Digital
   Marshall McLuhan membagi sejarah media menjadi empat era utama yang mencerminkan perubahan besar dalam cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi:
Zaman Lisan
Komunikasi bergantung sepenuhnya pada suara manusia. Pesan disampaikan secara langsung, bersifat sementara, dan bergantung pada memori kolektif. Era ini menciptakan budaya komunal di mana interaksi langsung menjadi pusat kehidupan.Zaman Tulis
Penemuan tulisan memungkinkan manusia untuk mendokumentasikan ide dan informasi, menjadikan komunikasi lebih permanen. Tulisan menciptakan budaya individualis, di mana manusia tidak lagi bergantung pada kehadiran langsung untuk menyampaikan pesan.Zaman Cetak
Dengan ditemukannya mesin cetak Gutenberg, informasi dapat disebarluaskan secara massal, mendorong munculnya nasionalisme, kapitalisme, dan reformasi agama. Bahasa dan tulisan menjadi standar, menciptakan struktur sosial baru.Zaman Elektronik
Media elektronik seperti radio dan televisi mengubah dunia menjadi sebuah global village, di mana komunikasi terjadi secara real-time, menghapus batasan geografis. Di era ini, teknologi mulai mendominasi cara manusia berpikir dan bertindak.
Era Digital: Perubahan Perilaku dan Budaya
   Sekarang ini, media digital telah melampaui semua bentuk media sebelumnya. Kehadiran teknologi mobile memunculkan mobile-first culture, di mana masyarakat menggantungkan hampir semua aspek kehidupan mereka pada perangkat digital. Transformasi ini menghasilkan beberapa fenomena budaya dan sosial yang signifikan:
1. Post-Truth Society
Informasi berlimpah, tetapi sering kali kurang akurat dan didominasi oleh bias emosional. Masyarakat lebih mempercayai jejaring sosial dan sesama konsumen daripada otoritas formal. Fenomena ini menggambarkan bagaimana media membentuk realitas sosial baru yang sering kali mengabaikan fakta.
Contoh:
Fenomena pada politik Indonesia, seperti menjelang Pemilu 2019, ketika hoaks yang menyasar kandidat tertentu tersebar luas melalui WhatsApp dan media sosial lainnya.
2. Komodifikasi Perhatian
Dalam economic of attention, perhatian menjadi sumber daya langka dan bernilai tinggi. Teknologi digital dirancang untuk memaksimalkan waktu yang dihabiskan pengguna di platform, bahkan dengan mengorbankan kesejahteraan pengguna.
Contoh:
Studi menunjukkan bahwa anak muda kini menghabiskan rata-rata lebih dari 7 jam sehari di depan layar, banyak di antaranya digunakan untuk aplikasi hiburan dan media sosial. Hal ini berkontribusi pada peningkatan tingkat kecemasan dan gangguan perhatian pada remaja.
3. Groundswell
Charlene Li dan Josh Bernoff mengidentifikasi groundswell sebagai tren di mana individu memanfaatkan teknologi untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dari orang lain, bukan dari institusi tradisional. Jejaring sosial menciptakan ekonomi baru yang berbasis kolaborasi antar pengguna.
Contoh:
Platform Online shop di Indonesia memungkinkan pengguna untuk membeli dan menjual barang langsung di antara konsumen, tanpa peran institusi tradisional seperti toko fisik. Selain itu, terdapat komunitas online seperti Facebook dll, yang memungkinkan diskusi dan transaksi dengan berbasis kepercayaan antar pengguna.
Kritik pada Teknologi dan MediaÂ
   Sementara McLuhan merayakan potensi media untuk menyatukan dunia, Neil Postman menawarkan pandangannya yang lebih kritis. Dengan memperingatkan bahaya technopolis, di mana manusia menjadi terlalu bergantung pada teknologi hingga kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai tradisional. Dalam technocratic cultures, alat teknologi tidak lagi hanya mendukung manusia, tetapi mulai mendominasi cara hidup dan berpikir mereka. Postman juga menyoroti risiko dalam pendidikan dan budaya akibat dominasi media elektronik. Informasi yang disajikan sering kali berfokus pada hiburan daripada substansi, yang memengaruhi pola pikir generasi muda dan hubungan sosial mereka.
Media sebagai Lingkungan yang Berkelanjutan
   Sebagai ekosistem, media mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia, dari psikologi individu hingga struktur lembaga sosial. Perubahan media tidak hanya memengaruhi bagaimana kita mengonsumsi informasi tetapi juga cara kita memahami dunia. Dengan berkembangnya teknologi digital, ekologi media menjadi semakin kompleks, menciptakan tantangan baru bagi manusia untuk mempertahankan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kesejahteraan.Â
Kesimpulan
   Ekologi media menyediakan kerangka yang sangat penting untuk memahami dampak secara mendalam dari media pada budaya manusia. Dari zaman lisan hingga era digital, media terus mengubah cara manusia berinteraksi, berpikir, dan memahami realitas. Memahami ekologi media, adalah langkah penting untuk menghadapi tantangan era teknologi modern dan memanfaatkan potensinya untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan.