Dalam rangka mendukung program pemerintah terkait ketahanan pangan dan peningkatan gizi masyarakat, sekelompok mahasiswa PMM (Pengabdian Mahasiswa oleh Masyarakat) dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kelompok 38 Gelombang 7 beranggotakan Nadiyah Fitri, Anggun May Pujihadi, Afifah Anhar Nuraida, Isa Abdullah Ahmad, dan Muhammad Rafli Rahmansyah di bawah arahan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Ramli Ramadhan S.Hut., M.A. menggelar sosialisasi bertema "Makan Sehat, Hidup Sejahtera: Menerapkan Diversifikasi Pangan untuk Keluarga Bahagia." Acara tersebut berlangsung pada Senin, 29 Juli 2024, di Posko KKN Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, dan dihadiri oleh warga setempat yang antusias mengikuti sosialisasi. Kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa ini adalah untuk mengaplikasikan Hilirisasi hasil penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.
Sosialisasi ini dipandu oleh anggota PMM dari jurusan Teknologi Pangan UMM. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya diversifikasi pangan, yaitu mengonsumsi beragam jenis pangan guna memenuhi kebutuhan nutrisi secara lengkap. Para mahasiswa juga menekankan pentingnya memanfaatkan bahan pangan lokal yang beragam untuk menjaga ketahanan pangan serta memperbaiki keseimbangan gizi dalam keluarga. Kegiatan ini mendapat respons positif dari masyarakat yang terlibat aktif dalam diskusi dan tanya jawab.
Dalam presentasinya, Nadiyah Fitri, salah satu anggota PMM dari jurusan Teknologi Pangan, menjelaskan bahwa masih banyak keluarga di Indonesia yang bergantung pada beras sebagai makanan pokok. "Padahal, kita memiliki bahan pangan lain yang kaya nutrisi, seperti jagung, ubi, singkong, serta berbagai sayuran dan buah-buahan lokal yang mudah ditemukan. Dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, kita tidak hanya dapat memperbaiki gizi keluarga tetapi juga mendukung perekonomian desa,” ungkap Nadiyah. Ia menekankan bahwa diversifikasi pangan tidak hanya membantu kesehatan tetapi juga kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal.
Anggun May Pujihadi, rekan satu jurusan dengan Nadiyah, menambahkan bahwa diversifikasi pangan juga memiliki potensi ekonomi yang besar. “Masyarakat bisa mengolah bahan pangan lokal seperti jagung dan ubi menjadi produk inovatif bernilai jual tinggi, seperti keripik, tepung, dan aneka camilan. Ini bisa menjadi peluang usaha yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga,” ujar Anggun. Ia berharap masyarakat lebih kreatif dalam mengolah bahan pangan lokal untuk meningkatkan ketertarikan konsumen.
Para peserta sosialisasi juga sangat aktif bertanya. Salah satu peserta, Ibu Siti, menyampaikan keinginannya untuk mengurangi konsumsi nasi dalam keluarga namun kesulitan membuat anak-anak menyukai bahan pangan lain. Nadiyah memberikan solusi praktis dengan menyarankan penggantian setengah porsi nasi dengan jagung atau ubi, serta mengolahnya menjadi makanan yang menarik, seperti perkedel jagung atau nasi goreng ubi. Anggun juga menyarankan agar pengenalan bahan pangan baru dilakukan secara bertahap sehingga anak-anak lebih mudah menerima perubahan tersebut.
Salah satu pertanyaan menarik datang dari Ibu Sri, seorang ibu rumah tangga yang khawatir tentang anak-anaknya yang hanya menyukai nasi. “Bagaimana caranya agar anak-anak bisa lebih terbuka terhadap makanan selain nasi? Mereka selalu minta nasi, padahal saya ingin mulai memasukkan bahan makanan lain seperti jagung atau ubi,” ungkap Ibu Sri. Menjawab pertanyaan ini, Anggun memberikan saran praktis. Ia menyarankan agar Ibu Sri secara bertahap memperkenalkan bahan pangan lokal ke dalam menu keluarga, misalnya mengganti sebagian nasi dengan jagung atau ubi dalam porsi kecil. “Mulailah dengan proporsi yang tidak terlalu banyak, lalu tambahkan secara perlahan. Anak-anak mungkin membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan rasa baru, tetapi jika disajikan dengan cara yang kreatif dan menarik, mereka akan lebih mudah menerima,” jelas Anggun
Diskusi semakin menarik ketika Ibu Dewi, seorang kader posyandu, bertanya tentang bagaimana cara mengedukasi masyarakat yang terbiasa dengan pola makan seragam, khususnya terkait mitos yang berkembang di desa. “Bagaimana kita bisa mengubah pola pikir masyarakat yang masih percaya bahwa tidak makan nasi sama dengan belum makan?” tanyanya. Menanggapi hal tersebut, Nadiyah kembali menjelaskan pentingnya sosialisasi dan edukasi yang berkesinambungan. Ia mengajak warga desa untuk lebih sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung diversifikasi pangan, baik melalui pelatihan atau pertemuan warga. “Mitos-mitos seperti itu memang masih kuat, tapi jika terus-menerus disosialisasikan dengan informasi yang benar, lama-kelamaan masyarakat akan mulai paham bahwa yang penting bukan hanya nasi, tetapi keberagaman makanan yang kita konsumsi,” ujarnya.
Acara sosialisasi ini diakhiri dengan komitmen bersama para peserta untuk mulai menerapkan diversifikasi pangan dalam kehidupan sehari-hari. Wakil Kepala Kelurahan Tunjungsekar, yang hadir dalam acara tersebut, menyampaikan apresiasi terhadap mahasiswa PMM atas kegiatan ini. Ia berharap warga dapat mempraktikkan ilmu yang didapat untuk kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian, diharapkan diversifikasi pangan dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat setempat, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.
Penulis Berita: Anggun May Pujihadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H