Mohon tunggu...
Nadiya Faylasufa
Nadiya Faylasufa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FIB Unair

Artikel opini.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Manfaat dari Berjalan Kaki dan Bersepeda oleh Mahasiswa kepada Lingkungan

27 Desember 2024   13:27 Diperbarui: 27 Desember 2024   13:36 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berjalan Kaki (Sumber: Koleksi pribadi penulis)

Setiap langkah kaki dan setiap pedal sepeda adalah langkah kecil menuju lingkungan yang lebih baik untuk kita semua. Pada tahun 2023, suhu bumi menjadi yang paling panas dalam rekaman, dengan suhu global mencapai rata-rata 14.98C, melampaui tahun 2016 sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah [1]. Banyak yang berkontribusi kepada krisis iklim planet, tetapi salah satu yang paling menonjol adalah peningkatan emisi gas rumah kaca yang cepat disebabkan oleh pemanasan bahan bakar fosil. Contohnya adalah Surabaya, sebagai kota dengan pengguna kendaraan bermotor terbanyak di Jawa Timur, memproduksi banyak emisi karbon dioksida [2]. Situasi ini mendorong kita sebagai warga Indonesia, terlebih lagi mahasiswa, untuk mengambil aksi proaktif di kehidupan sehari-hari. Salah satu solusi yang efektif demi keberlangsungan planet adalah berjalan kaki dan bersepeda sebagai mode transportasi utama kita. Aksi-aksi kecil ini, yang tidak hanya praktis dan berdampak positif pada kesehatan, dapat mengurangi polusi dan jejak karbon.

  • Praktis
    Berjalan kaki dan bersepeda adalah metode transportasi yang terjangkau dan mudah di akses, terlebih lagi untuk mahasiswa. Berjalan kaki sendiri tidak membutuhkan kemampuan atau peralatan khusus; kebanyakan orang bisa melakukannya, walaupun dalam beberapa kasus, infrastruktur kita tidak memadai [3]. Demikian pula, bersepeda adalah sesuatu yang dapat dilakukan oleh sebagian besar orang. Memang kita perlu alat (sepeda), tetapi bersepeda bagi banyak orang tidaklah sulit. Bagi mahasiswa di Indonesia, bersepeda memanglah bukan alat transportasi yang utama sebagaimana berjalan kaki. Faktanya, banyak mahasiswa di Indonesia yang memilih indekos yang jaraknya dekat dengan kampus sehingga mudah diakses dengan berjalan kaki. Meskipun demikian, dua-duanya merupakan metode transportasi yang praktis, dan keefektivitasan dari berjalan kaki dan bersepeda dapat membaik dengan dukungan fasilitas yang lebih baik.
  • Berdampak Baik untuk Kesehatan
    Selain praktis, berjalan kaki dan bersepeda menawarkan berbagai dampak baik untuk kesehatan. Berjalan kaki, sebagai bentuk aktivitas fisik, dikaitkan dengan banyak manfaat. Beberapa di antaranya adalah penurunan Indeks Massa Tubuh (BMI), tekanan darah yang terkontrol, serta tingkat diabetes yang lebih rendah [4]. Beberapa studi menunjukkan bahwa berjalan selama 30 menit atau bersepeda selama 20 menit hampir setiap hari dapat mengurangi risiko kematian setidaknya sebesar 10%, dan kemungkinan ini lebih tinggi lagi bagi bersepeda [5], [6]. Secara mental, baik berjalan kaki maupun bersepeda dapat membantu meningkatkan suasana hati, mengurangi stres dan kecemasan, serta memperbaiki kualitas tidur. Keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental inilah yang sangan dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menghadapi dunia perkuliahan yang serba cepat.
  • Mengurangi Polusi Udara
    Selain manfaat kesehatan, berjalan kaki dan bersepeda juga dapat secara signifikan membantu keberlanjutan lingkungan kita. Berjalan kaki dan bersepeda dapat mengurangi polisi udara serta meningkatkan kualitas udara dengan menggantikan kendaraan bermotor, terutama untuk perjalanan jarak pendek. Sebuah studi pada tahun 2019 mendefinisikan "perjalanan jarak pendek" sebagai semua perjalanan dengan jarak kurang dari 5 kilometer [7]. Studi tersebut menemukan bahwa berjalan kaki dan bersepeda secara realistis dapat menggantikan 41% perjalanan mobil jarak pendek, menghemat hampir 5% emisi CO2 dari perjalanan mobil. Hal ini membuktikan bahwa meskipun kita tidak dapat menggantikan seluruh mode transportasi yang lebih praktis dan terjangkau seperti berjalan kaki dan bersepeda, kita tetap dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor hanya dengan berjalan kaki atau bersepeda untuk tujuan yang jaraknya dekat.
  • Mengurangi Jejak Karbon
    Berjalan kaki dan bersepeda merupakan salah satu mode transportasi yang paling ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi karbon, Menurut World Health Organization pada tahun 2022, di tujuh kota di Eropa, orang yang bersepeda setiap hari memiliki emisi karbon 84% lebih rendah dari seluruh perjalanan harian mereka dibandingkan dengan mereka yang tidak bersepeda [8]. Penelitian ini juga menemukan bahwa orang yang beralih dari menggunakan mobil ke sepeda, hanya untuk sehari dalam seminggu, dapat mengurangi jejak karbon mereka sebesar 3,2 kg CO2. Meskipun berjalan kaki kurang cocok untuk perjalanan lebih jauh seperti sepeda, berjalan kaki tetap memberikan manfaat yang sama melalui perjalanan jarak pendek.

Bagi mahasiswa, bersepeda terlebih lagi berjalan kaki merupakan metode transportasi yang sangat mudah untuk diimplementasikan. Banyaknya area ramah pejalan kaki dan adanya batasan untuk kendaraan bermotor di area kampus-kampus di Indonesia, menjadikan aktivitas ini tidak hanya terjangkau, tetapi juga efektif, nyaman, dan menyenangkan. Dengan memilih berjalan kaki atau bersepeda daripada menggunakan kendaraan bermotor, kita tidak hanya meningkatkan kesehatan tubuh kita, tetapi juga berkontribusi secara signifikan dalam mengurangi polusi dan menurunkan jejak karbon kita

Referensi

[1]      D. Robinson, "15 Biggest Environmental Problems of 2024," earth.org. Accessed: Dec. 10, 2024. [Online]. Available: https://earth.org/the-biggest-environmental-problems-of-our-lifetime/

[2]      K. P. Hafizha, "Kajian Emisi CO2 Kendaraan Bermotor di Kota Surabaya bagian Selatan Sebelum dan Saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)," Universitas Gadjah Mada, 2022. [Online]. Available: http://etd.repository.ugm.ac.id/

[3]      R. Gerike, A. de Nazelle, R. Wittwer, and J. Parkin, "Special Issue 'Walking and Cycling for better Transport, Health and the Environment,'" May 01, 2019, Elsevier Ltd. doi: 10.1016/j.tra.2019.02.010.

[4]      A. Baobeid, M. Ko, and S. G. Al-Ghamdi, "Walkability and Its Relationships With Health, Sustainability, and Livability: Elements of Physical Environment and Evaluation Frameworks," Sep. 30, 2021, Frontiers Media S.A. doi: 10.3389/fbuil.2021.721218.

[5]      M. Dinu, G. Pagliai, C. Macchi, and F. Sofi, "Active Commuting and Multiple Health Outcomes: A Systematic Review and Meta-Analysis," Mar. 13, 2019, Springer International Publishing. doi: 10.1007/s40279-018-1023-0.

[6]      P. Kelly et al., "Systematic Review and Meta-analysis of Reduction in All-cause Mortality from Walking and Cycling and Shape of Dose Response Relationship," International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, vol. 11, no. 1, 2014, doi: 10.1186/s12966-014-0132-x.

[7]      A. Neves and C. Brand, "Assessing the Potential for Carbon Emissions Savings from Replacing Short Car Trips with Walking and Cycling Using a Mixed GPS-travel Diary Approach," Transp Res Part A Policy Pract, vol. 123, pp. 130--146, May 2019, doi: 10.1016/j.tra.2018.08.022.

[8]      World Health Organization, Walking and Cycling: Latest Evidence to Support Policy-Making and Practice. Copenhagen: WHO Regional Office for Europe; 2022, 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun