Ilmu bukan hanya semata-mata kita dapatkan untuk disimpan, tetapi ilmu juga bisa sebagai pengantar jalan ke akhirat. Hakikat ilmu sebagai pengantar jalan ke akhirat, ini masih tentang seputar pesan dari Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Huda, Kiai Hamid Asrori. "Hatine ojo maksiat, hati itu harus khusyu biar ilmu itu masuk," ngendiko Abi Hamid sewaktu mengaji kitab Tijan Darori. Allah maha membolak-balikkan hati manusia, terkadang timbul rasa riya' dalam hati setiap insan. Abi Hamid memberikan pesan kepada para mahasantrinya, agar kita selalu taat kepada-Nya, maka dari itu berkenaan dengan hati maka perlu dengan kehati-hatian. Seseorang harus mengingat ketika dirinya sulit menerima ilmu, sulit untuk dinasehati, ternyata karena hatinya bermaksiat. Naudzubillah...
"Sifat alim tidak akan bisa berpijak pada makhluk yang tidak hidup," kata Abi. Ilmunya makhluk itu semuanya melewati sebuah proses, ilmu diturunkan oleh Allah swt., ketika seseorang sudah siap menerima ilmu. "Sifatnya ilmu Gusti Allah., itu Qodim, yaitu ada tanpa sebuah permulaan. Belajarlah membersihkan hati, agar ilmunya masuk," pesan Abi.
Penulis mengajak  juga untuk belajar apa itu Aqidah Tanzih. Manusia tidak akan mampu memahami Dzatnya Gusti Allah swt. Kita sedikit pun dihati kita, tidak boleh ada gambaran tentang fisiknya Gusti Allah swt., inilah urgensi mempelajari sifat-sifat Allah swt. Diingat lagi, bahwa Allah swt., itu tidak diliputi ruang dan waktu.
"Memahami tauhid, itu mahal," Â dawuh Abi. "Dosa selain syirik, maka diampuni," sambung beliau. Bagaimana sifat awalnya Allah swt? Allah swt bersifat maha awal, makhluk tidak bisa mengetahui awalnya Gusti Allah swt. Oleh karena itu, ini menjadikan Allah swt., itu ada tanpa ada dzat yang menciptakan. "Allah swt, itu adil. Apa itu adil? Ya kalau bagus, akan diganjar dengan yang bagus juga," terang abi.
Penulis mengajak  untuk beralih ke pembahasan takdir. Abi Hamid berkata bahwa kalau semua dikembalikan kepada takdir Allah swt, maka rusaklah tatanan Allah swt., ilmu  Allah swt itu tidak berubah, karena mustahil Allah swt., itu plinplan. "Kalau semuanya disandarkan kepada takdir, yo hancur," tutur Abi. Mari kita langsung saja ke contoh dan analogi. Contohnya "Aku ini tidak pintar, ya memang sudah takdirnya," padahal takdir itu ada yang bisa dirubah dengan ikhtiar termasuk kepandaian, dengan cara belajar. "Allah swt., itu punya hukum atau tatanan yang mustahil tidak ada hikmahnya," kata Abi Hamid.  Jika kita sakit, kita akan ke dokter untuk berobat, ingat jika Allah swt., menakdirkan obat yang diberikan dokter itu sebagai penyembuh bagi orang yang sakit, maka akan sembuh. Tapi jika Allah swt, tidak menakdirkan manfaat dari obat tersebut, maka tidak akan sembuh. Obat adalah sebagai perantara sembuhnya seseorang.
Ilmu itu adalah penghantar manusia ke jalan akhirat dengan dihabiskan di dunia. Ngendiko Imam Syafi'i, "Ilmu itu cahaya dari Gusti Allah swt.." perlu diketahui, salah satu kemaksiatan dalam mencari ilmu, adalah mengalihkan niat mencari ilmu kepada kepentingan duniawi. "Dominasikan hati kita hanya untuk Allah swt., karena di hati hanya ada Gusti Allah swt. Perkara takdir, ialah berdo'a. Do'a bisa merubah takdir, asal dengan syarat yang tepat, yang lebih penting dari do'a adalah diri kita merasa kembali butuh kepada Sang Pencipta.
"Belajarlah, karena tidak ada manusia yang terlahir dalam keadaan pandai."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H