Nama               : Nadiva Angel Febiola
NIMÂ Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 34202300011
Dosen Pengampu   : Ibu Nila Ubaidah,S.Pd., M.Pd.
Mata Kuliah         : Pembelajaran Matematika Kontemporer
Institusi            : Universitas Islam Sultan Agung Semarang
PENDIDIKAN INKLUSIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA GUNA MEMBANGUN KELAS YANG SETARA DAN BERAGAM
Â
Pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang menyediakan kesempatan atau akses seluas-luasnya bagi semua anak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas yang disesuaikan dengan kebutuhan individu mereka, tanpa adanya diskriminasi (Fakolade, O. A & Atanda, 2024). Pendidikan inklusi telah menjadi perhatian penting dalam dunia pendidikan, terutama dalam mata pelajaran seperti matematika yang sering kali menimbulkan kesulitan tersendiri bagi banyak siswa (Ulva & Amalia, 2020). Pembelajaran matematika inklusi bertujuan untuk menciptakan ruang belajar yang ramah, adaptif, dan mengakomodasi berbagai kebutuhan siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Implementasi pembelajaran ini tidak hanya menuntut inovasi metode mengajar, tetapi juga keterlibatan berbagai pihak untuk mencapai hasil yang optimal.
Pembelajaran adalah proses memperbarui hubungan antara peserta didik dengan pendidik serta sumber belajar di lingkungan belajar tertentu. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh pengajar agar peserta didik dapat memperoleh materi dan pengetahuan, menguasai keterampilan dan sikap, serta membentuk perilaku dan keyakinan dalam dirinya. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses yang mendukung siswa agar dapat belajar secara teratur. Proses ini berlangsung seumur hidup dan dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Ada hal yang harus dilakukan seorang guru untuk menyesuaikan Pembelajaran Matematika bagi Semua Siswa.
Salah satu pendekatan utama dalam pembelajaran matematika inklusi adalah diferensiasi, yaitu metode yang dirancang agar siswa dengan tingkat pemahaman yang berbeda tetap dapat memahami materi (Chairunnisa et al., 2024). Misalnya, bagi siswa dengan disabilitas intelektual atau gangguan belajar seperti diskalkulia, guru dapat memanfaatkan alat bantu visual atau manipulatif seperti balok hitung, kartu angka, dan aplikasi interaktif. Hal ini memungkinkan mereka memahami konsep-konsep dasar seperti penjumlahan, pengurangan, dan pengukuran dengan lebih mudah dan visual.