Mohon tunggu...
Nadir Roby Permana
Nadir Roby Permana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya biasa disapa dengan Roby. Saya merupakan mahasiswa semester 1 Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan yang Berkelanjutan atau Kemunduran bagi Bangsa Indonesia?

6 Desember 2024   09:12 Diperbarui: 6 Desember 2024   09:21 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Setjen Pusdatin), Statistik Persekolahan SD, SMP, SMA, dan SMK 2022/2023 (diolah)

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengetahuan menjadi kunci dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompetitif. Proses dalam berpikir membuat manusia dapat bertahan untuk terus memberikan dampak bagi masa depan bangsa. Belakangan ini, beredar beberapa video yang menjadi sorotan bagi masyarakat mengenai siswa di Indonesia yang masih belum bisa untuk perkalian. Bukan hanya itu, melainkan ada juga yang tidak hafal letak geografis hingga sejarah Indonesia. Hal ini menuai krtitik dari netizen terkait lemahnya pendidikan di Indonesia. Berdasarkan data menurut BPS tahun 2023, hanya ada sebanyak 14.236 siswa yang melanjutkan ke jenjang SMA/SMK.

Dengan berbagai isu yang beredar di media sosial saat ini, apakah rakyat Indonesia masih bisa untuk berharap negaranya akan maju atau mewujudkan "Indonesia Emas 2045"? Ada banyak sekali persoalan yang masih menjadi tugas bagi kita dan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut seperti, akses pendidikan yang masih sulit, kebijakan yang dibuat, hingga masalah financial keluarga dan minat anak untuk melanjutkan pendidikannya. Dalam hal ini, pemerintah perlu melakukan evaluasi kembali terkait kinerja Kementerian Pendidikan yang ada saat ini. Harapannya, di Kementerian Pendidikan yang baru saat ini dapat mengkaji ulang mengenai kebijakan-kebijakan yang ada seperti, sistem zonasi yang membuat beberapa siswa tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke sekolah yang mereka impikan. Selain itu, sistem zonasi ini juga memberikan dampak buruk bagi sekolah. Pasalnya, ada beberapa sekolah yang sepi karena para orang tua murid lebih memilih untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah favorit. Mengenai kondisi keuangan bagi orang tua siswa/mahasiswa. Penerapan kebijakan bantuan bagi kalangan kurang mampu, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan KIP dinilai kurang efektif dalam menangani masalah ekonomi dalam sektor pendidikan. Banyak dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membantu hal ini. Namun, sayangnya pengalokasian dana tersebut tidak tepat sasaran dan bahkan ada yang dikorupsi oleh para pejabat. Selain itu, gaji guru menjadi faktor lemahnya pendidikan di Indonesia. Gaji guru yang dinilai tidak manusiawi membuat beberapa guru menjadi malas-malasan dalam memberikan sarana pembelajaran.

Pendidikan merupakan dasar terciptanya manusia yang hebat. Setiap perubahan yang ada, pasti melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, masayarakat dan pemerintah perlu untuk saling bersinergi mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berdaya saing untuk generasi bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun