Mohon tunggu...
nadira zahira
nadira zahira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

people leave you, Allah doesn't

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sisi Lain di Balik Kebijakan Home Learning di Tengah Pandemi Covid-19

5 Mei 2020   14:51 Diperbarui: 5 Mei 2020   15:04 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah hampir 6 bulan dunia digemparkan dengan munculnya virus SARS Cov-2 atau yang lebih dikenal dengan wabah covid-19. Wabah ini termasuk dalam kategori virus corona jenis baru yang dianggap sebagai virus yang berbahaya dan mematikan. Wabah ini digadang-gadang berawal dari kota Hubei, Cina dan telah menyebar hampir ke seluruh belahan dunia. Namun, sampai saat ini masih belum jelas darimana sebenarnya asal mula wabah ini muncul. Sejak awal, ramai diperbincangkan bahwa wabah covid-19 ini di indikasi berasal dari kelelawar. Namun tidak sedikit pihak yang memberikan spekulasi lain mengenai darimana virus ini berasal. Banyak teori konspirasi yang muncul yang menyatakan bahwa virus ini merupakan senjata biologis yang bocor melalui laboratorium di Wuhan, Cina. Adapun yang beranggapan bahwa virus ini memang sengaja dibuat sebagai  bentuk tindakan "depopulasi manusia" atau pengurangan populasi manusia dalam jumlah besar yang bertujuan untuk menyeimbangkan keadaan bumi. 

Namun, dibalik semua spekulasi yang beredar di masyarakat, nampaknya asal mula tejadinya pandemi ini bukan lagi menjadi topik utama yang harus terus menerus di perbincangkan. Karena seharusnya masyarakat dunia lebih fokus terhadap dampak yang ditimbulkan oleh pandemi ini. Sejak kemunculannya di awal tahun 2020 sampai saat ini, wabah covid-19 telah memberikan dampak yang besar di seluruh sektor kehidupan dunia. Selain telah merenggut ratusan ribu jiwa, wabah ini juga merusak segala sistem yang ada pada sektor kehidupan yang berlaku. Baik itu dalam sektor ekonomi, politik, sosial, kegiatan kegamaan, ataupun sektor pendidikan. Hal tersebut tentu juga dialami oleh negara Indonesia. Apalagi Indonesia menjadi negara terdampak covid-19 dengan jumlah kasus tertinggi kedua di wilayah Asia Tenggara. Sejak kasus awal merebak di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020, pemerintah sudah beberapa kali menerapkan berbagai aturan sebagai tindakan penekanan penyebaran covid-19. Berbagai kebijakan tersebut antara lain penerapan social distancing, physical distancing, sampai pada penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang telah diberlakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia saat ini.

Diberlakukannya aturan tersebut tentu berimbas pada semua sektor yang ada di negara Indonesia, terutama dunia pendidikan yang merupakan salah satu sektor paling besar terkena dampaknya. Akibatnya segala aktivitas belajar dan pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di sekolah, sekarang harus beralih sistemnya menjadi kegiatan belajar di rumah (Home Learning). Kebijakan tersebut berlaku bagi semua jenjang pendidikan dari SD sampai Perguruan Tinggi. Hal ini tentu menjadikan metode belajar dan pembelajaran berubah. Dari yang tadinya dilakukan secara tatap muka, sekarang proses pembelajaran dilaksanakan dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pemberlakuan sistem pembelajaran jarak jauh juga diiringi dengan penerapan metode e-learning bagi para pelajar Indonesia. Artinya semua proses belajar dan pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan sistem teknologi dan informasi misalnya lewat media-media pembelajaran online. Media pembelajaran yang digunakan yaitu seperti smartphone, laptop atau komputer. Penerapan proses belajar secara online juga dilakukan lewat beberapa platform seperti zoom, google classroom, via whatsapp grup dan media belajar lainnya.

Metode e-learning ini menimbulkan keresahan bagi sebagian kalangan masyarakat di Indonesia. Mengingat tidak semua masyarakat Indonesia siap akan hadirnya metode belajar secara daring ini. Mungkin bagi sebagian masyarakat yang memiliki kemampuan baik dari segi skill penggunaan teknologi ataupun tersedianya media belajar yang memadai, nampaknya begitu mudah menjalankan kegiatan belajar secara online. Namun, tidak bagi sebagian masyarakat yang memiliki keterbatasan akan kedua hal tersebut. Masih banyak pelajar yang bahkan tidak mempunyai media belajar yang memadai, seperti smartphone. Penggunaan smartphone disini tentunya sangat dibutuhkan oleh para pelajar untuk menunjang sistem pembelajaran secara daring. Namun, sepertinya tidak semua pelajar di Indonesia memiliki kemampuan untuk membeli smartphone. Tidak hanya itu, pelajar yang memiliki smartphone pun masih banyak yang kesulitan untuk mengakses internet karena keterbatasan biaya untuk membeli kuota. Apalagi dengan keadaan yang sulit seperti sekarang. Di tengah pandemi covid-19 ini, Ibaratnya untuk membeli sesuap nasi saja belum tentu bisa. Bagaimana bisa menyisihkan uang untuk membeli kuota internet ataupun untuk membeli sebuah smartphone. Sungguh tidak lah mungkin. Keresahan ini banyak dikeluhkan oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia.

Penulis mendapati fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi sisi lain dibalik pemberlakuan kebijakan home learning di Indonesia. Bahwa di tengah situasi sulit para pelajar mengikuti pembelajaran secara daring karena keterbatasan media belajar, ada beberapa sosok guru yang rela dan dengan ikhlas meluangkan waktunya berkeliling ke satu per satu rumah muridnya untuk memberikan pembelajaran yang selayaknya di dapatkan oleh seorang murid. Pak Avan misalnya, dilansir dari berita di salah satu stasiun televisi, guru Sekolah Dasar di daerah Sumenep, Jawa Timur ini rela berkeliling rumah demi rumah untuk mengajar muridnya yang berada di pelosok desa. Hal ini harus dilakukannya karena mayoritas murid nya tidak memiliki smartphone untuk menunjang proses belajar di rumah. Tidak mudah baginya menyusuri satu per satu rumah siswa mengingat lokasinya yang berada di pelosok. Bahkan ia harus menusuri persawahan sebagai akses jalan menuju rumah siswanya.  Di tengah kebijakan yang mengharuskan setiap orang bekerja di rumah (work from home) beberapa guru seperti pak Avan ini nampaknya lebih mementingkan kewajiban mereka untuk memberikan hak pembelajaran kepada siswa nya. Karena mereka para guru tau bahwa tidak semua muridnya mampu menjalankan sistem pembelajaran secara online ini dengan mudah disebabkan karena beberapa keterbatasan yang dimiliki siswanya. Tentu mereka para guru tetap ingin siswa nya mendapatkan ilmu di tengah situasi pandemi seperti sekarang ini. Hal ini patut menjadi satu peristiwa yang harus diperhatikan oleh pemerintah Indonesia.

Kesulitan dalam mengimplementasikan pembelajaran online secara efektif tidak hanya dirasakan oleh murid saja. Tetapi oleh para guru juga. Dilansir dari berita di salah satu stasiun televisi, penulis mendapati guru honorer di wilayah Mojokerto, Jawa Timur yang rela mencari tempat yang menyediakan wifi gratis agar guru tersebut dapat memberikan pelajaran secara online kepada murid-muridnya. Menurut beliau, penggunaan internet yang dilakukan secara terus menerus bahkan harus setiap hari membuatnya merasa terbebani. Karena penghasilannya dari profesinya sebagai guru honorer dirasa tidak cukup jika untuk memenuhi kebutuhan pembelian kuota internet secara terus menerus. Sampai akhirnya beliau mencari alternatif lain agar tetap bisa memenuhi kewajibannya sebagai seorang guru dengan memberikan pembelajaran kepada murid-muridnya yang ada di rumah. Yaitu dengan mengunjungi tempat yang menyediakan wifi gratis agar beliau dapat mengakses internet dengan mudah. Dan proses belajar dan pembelajaran tetap terlaksana.

Dibalik semua peristiwa yang terjadi di dunia saat ini, di tengah gusarnya masyarakat dunia akan pandemi yang entah kapan berakhir ini. Ternyata terdapat sisi lain dalam dunia pendidikan yang bisa kita lihat. Pemberlakuan home learning ini misalnya, salah satu kebijakan yang ditetapkan pemerintah ini telah membuka mata kita semua dan mengingatkan kita bahwa masih ada manusia yang memiliki kebaikan hati diluar sana yang dengan tulus tetap menjalankan kewajibannya di tengah bahaya yang mengintai di luar rumah. Di tengah pandemi covid-19 ini juga beberapa orang mengajarkan bahwa setiap dari kita harus memenuhi hak orang lain yang menjadi tanggung jawab kita dengan semaksimal mungkin meskipun dengan segala keterbatasan yang kita miliki. Penulis berharap pemerintah dapat memberikan solusi dan meringankan beban guru ataupun murid yang kesulitan dalam menjalankan program pembelajaran jarak jauh ini. Misalnya dengan menyalurkan bantuan kuota internet kepada guru ataupun siswa yang di rasa kesulitan. Agar program belajar di rumah ini senantiasa dapat terealisasikan dengan baik sesuai tujuan yang ingin dicapai. Penulis juga berharap agar pandemi global ini segera berakhir. Agar aktivitas dunia pendidikan ataupun aktivitas sektor lainnya dapat berjalan normal seperti sedia kala.

Oleh: Nadira Zahira Pratiwi
(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun