Saya tinggal di daerah yang memiliki cukup banyak keberagaman. Entah keberagaman agama, suku, bahasa, bahkan budaya tiap keluarga. Di daerah saya sudah lumrah jika sesama keluarga berbeda dalam hal "keyakinan". Keyakinan yang saya maksud adalah keyakinan dalam memilih "aliran kepercayaan" di dalam suatu agama. Misalnya teman saya sendiri, keluarganya menganut Muhammadiyah sedangkan dia menganut Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini tentunya akan menimbulkan beberapa perbedaan. Misalnya saja yang paling umum dalam perbedaan tanggal 1 di bulan-bulan penting Islam seperti Ramadhan, Syawal, Dzulhijjah, dan Muharram. Hal ini tentunya akan mempengaruhi keadaan di rumah teman saya, misalnya seperti tahun ini pada penentuan awal Ramadhan dan Syawal serta Dzulhijjah yang berbeda, teman saya yang ikut NU harus merayakan Idul Fitri dan Idul Adha berbeda hari dengan keluarganya.
Bagi saya hal ini merupakan contoh tentang perilaku sosiologi pengetahuan Karl Mannheim, karena teori sosiologi pengetahuan ini mengkaji tentang hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan (Tamdgidi, 2002, p. 121 dalam (Hamka, 2020)). Kenapa? Karena teman saya memiliki pemikiran sendiri dan cukup berbeda dengan lingkungan sekitarnya.Â
Teman saya yang juga dikelilingi oleh keluarga lain yang menganut paham yang sama yakni NU memiliki pikiran jika dia di NU maka dia akan lebih banyak mendapatkan pahala kebaikan, dikarenakan di NU banyak amalan-amalah yang di Muhammadiyah dianggap tidak perlu diamalkan. Oleh karena itu, berangkat dari alasan itu teman saya ingin memilih paham yang bisa menjadikan dia sebagai seorang hamba yang "lebih" beriman dengan melakukan amalan-amalan baik yang lebih banyak. Hal ini senada dengan konsep pemikiran Mannheim yang menyoroti ideologi dan utopia sebagai konsep utama. Ia mengartikan ideologi sebagai "konsep yang timbul dari konflik politik, yakni ketika pola pikir kelompok berkuasa sangat terikat pada kepentingan tertentu dalam suatu situasi sehingga mereka tidak lagi mampu mengamati fakta tertentu yang dapat menggugat kekuasaan mereka." Sementara itu, utopia diartikan sebagai kebalikannya, yakni "kelompok yang tertindas yang secara intelektual sangat menginginkan perubahan dalam kondisi sosial, sehingga tanpa sadar mereka hanya melihat unsur-unsur yang menuntut perubahan itu.". Hal ini sangat relate dengan kasus teman saya. Teman saya ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dengan cara tidak mengikuti pola pikir atau keyakinan kelompok di sekitarnya.
Saya mengenal teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim dari artikel yang berjudul "Sosiologi Pengetahuan : Telaah atas Pemikiran Karl Mannheim" yang ditulis oleh Hamka pada tahun 2020 dan "Menjajaki Kemungkinan Islamisasi Sosiologi Pengetahuan" yang ditulis oleh Muh. Imdad pada tahun 2015.Â
Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim menjelaskan tentang hubungan antara masyarakat dengan ilmu pengetahuan. Teori ini memang bagus, namun sulit untuk dipahami jika memang tidak serius dalam mempelajarinya. Karena menurut Mannheim ini sendiri memahami pengetahuan dan pemikiran, di samping membutuhkan logika dan psikologi, dibutuhkan pendekatan sosiologis dengan melacak basis penilaian sosial pada akar kepentingannya dalam masyarakat yang melaluinya, partikularitas, dan juga batasan-batasan setiap pandangan dapat tampak (Imdad, 2015).Â
Salah satu alasan mengapa karya Mannheim tidak selalu mendapat perhatian yang baik adalah karena terdapat hambatan dalam memahaminya. Tulisannya bersifat esaiistik dan diskursif, serta kompleksitas dari permasalahan-permasalahan yang diangkatnya. Yang juga penting adalah kenyataan bahwa latar belakang literatur yang ia gambar, dan situasi kontemporer yang ia tanggapi ternyata masih asing bagi sebagian besar orang saat ini. Untungnya, dalam beberapa dekade terakhir telah banyak literatur yang muncul yang memberikan tanggapan-tanngapan yang lebih baik dan akurat mengenai karya Mannheim, dan mengisi latar belakangnya (Hammersley, 2022).
Teori sosiologi pengetahuan diperkenalkan oleh Karl Mannheim. Karl Mannheim merupakan seorang sosiolog yang berasal dari Hungaria. Ia merupakan lulusan Universitas Budapest yang memperoleh gelar doktor dibidang filsafat. Ia dikenal dengan teorinya yaitu sosiologi pengetahuan. Mannheim lahir di Budapest pada Maret tahun 1893 dan meninggal pada Januari tahun 1947 dari ayah Hongaria dan ibu Jerman, keduanya keturunan Yahudi. Pendidikan awalnya di kota itu, meskipun sebelum Perang Dunia Pertama dia pergi ke Berlin (tempat dia belajar dengan Simmel). Selama masa kanak-kanak dan remajanya terdapat tekanan yang besar untuk reformasi politik dan budaya di Hongaria, yang sebagian besar masih merupakan negara agraris yang diperintah oleh kaum bangsawan dan dikelola oleh kelas bangsa (Hammersley, 2022).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H