Mohon tunggu...
Nadira Adhelya
Nadira Adhelya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA

Selanjutnya

Tutup

Politik

Standar Ganda Barat dalam Konflik Palestina-Israel: Bentuk Diskriminasi?

28 Oktober 2023   12:16 Diperbarui: 28 Oktober 2023   13:11 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.aljazeera.com/

Konflik Palestina-Israel telah berlangsung selama kurang lebih 75 tahun. Konflik tersebut bermula sejak tahun 1948 hingga sekarang. Lantas bagaimana konflik tersebut bisa terjadi? Pada tanggal 15 Mei, setiap tahunnya diperingati oleh rakyat palestina sebagai hari Nakba (Malapetaka). Peristiwa Nakba adalah peristiwa eksodus massal warga Palestina dari tanah air mereka pada tahun 1948. Peristiwa ini terjadi akibat dari perang Arab-Israel pada tahun 1948, yang dimulai dengan deklarasi kemerdekaan Israel pada tanggal 14 Mei 1948. Selama perang, lebih dari 700.000 warga Palestina, sekitar sepertiga dari populasi Palestina pada saat itu, diusir dari rumah mereka oleh pasukan Israel dan 13.000 lainnya wafat terbunuh. Sebagian besar pengungsi Palestina pergi ke negara-negara tetangga, seperti Yordania. Lebanon, dan Suriah. Kemenangan Israel mendorong mereka untuk memperluas wilayah kekuasaannya melewati batas-batas yang telah ditentukan oleh PBB. Hingga bulan April 1949, lebih dari 500 desa dan 10 kota di Palestina diambil alih dan diyahudisasi oleh Israel.

Peristiwa Nakba tidak serta merta berakhir pada tahun 1948-1949. Hingga detik ini, setelah 75 tahun lamanya malapetaka itu terus terjadi. Realitanya hingga hari ini, rakyat Palestina telah mengalami berbagai bentuk penindasan dan pelanggaran hak asasi manusia. Rakyat Palestina sedang hidup di penjara terbesar di dunia. Kebebasan sehari-hari dibatasi, dihalau, dan diusir. Israel tak pernah berhenti berupaya mencaplok keseluruhan wilayah Palestina. Israel tak pernah berhenti menghancurkan pemukiman dan perkebunan penduduk Palestina, kemudian mendirikan pemukiman illegal di atas tanahnya. 

Penduduk Palestina yang tinggal di Tepi Barat dipaksa untuk tunduk pada hukum militer yang dibuat oleh penjajah Israel. Di tepi barat mereka harus melalui banyak checkpoint (pos keamanan) yang didirikan di atas tanah mereka sendiri. Mereka setiap hari hidup dalam ketakutan.  Sewaktu-waktu pagi ataupun malam dibombardir. Sewaktu-waktu rumah mereka diketuk dan digedor penjajah kemudian diusir dari rumah yang baru dibangun. Kenyataannya mereka hidup dalam ketakutan selama 24 jam, 7 kali dalam sepekan, dan berpuluh-puluh tahun lamanya. Tidak hanya itu Israel juga melakukan blokade terhadap kebutuhan pokok seperti air dan listrik, dan bantuan kemanusiaan, baik melalui jalur darat, udara, dan laut. Permasalahan ini bukanlah permasalahan yang baru, timbul dan muncul pada beberapa pekan yang lalu. Akan tetapi, permasalahan yang telah terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya.

Penekanan pada permasalahan ini adalah pada standar ganda yang digunakan oleh negara-negara Barat dalam konflik ini. Konflik Palestina-Israel tidak dihadapi oleh negara-negara Barat dengan sikap yang sejalan dengan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, meskipun mereka sering mengklaim komitmen tinggi terhadap nilai-nilai tersebut dalam situasi konflik di dunia yang lain. Salah satu contoh standar ganda Barat yang sangat jelas terlihat dalam cara mereka menanggapi serangan Israel terhadap warga sipil Palestina. Saat Israel melakukan serangan udara yang mengakibatkan kematian ratusan warga sipil Palestina, negara-negara Barat sering kali hanya mengutuk serangan tersebut secara lisan, tetapi tidak mengambil tindakan apa pun untuk menghentikannya. Sebaliknya, negara-negara Barat sering kali menerapkan sanksi atau mengambil tindakan militer ketika negara-negara lain melakukan serangan yang menyebabkan korban sipil.

Standar ganda Barat terlihat dalam cara mereka merespons pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Israel. Sering kali, negara-negara Barat mengabaikan atau membenarkan tindakan Israel yang melanggar HAM terhadap warga Palestina. Sebaliknya, tindakan pelanggaran terhadap HAM oleh negara-negara lain sering kali diutuk dan diminta pertanggungjawaban oleh negara-negara Barat. Suatu contoh yang jelas dari standar ganda dapat ditemukan pada sikap yang diperlihatkan oleh negara-negara Barat terhadap serangan Israel terhadap Jalur Gaza. Negara-negara Barat tidak menunjukkan tindakan yang tegas dalam menanggapi tewasnya ribuan warga sipil Palestina, termasuk anak-anak, akibat serangan Israel. Sebaliknya, serangan Rusia ke Ukraina yang juga mengakibatkan ribuan warga sipil tewas dan terluka, justru mendapat kecaman dan tindakan tegas dari negara barat.

Standar ganda ini menimbulkan kesan bahwa negara-negara Barat lebih memihak Israel daripada Palestina, serta memberikan kesan bahwa negara-negara Barat memandang Palestina sebagai pihak yang bersalah dalam konflik Palestina-Israel. Hal ini tentu tidak adil, karena konflik Palestina-Israel adalah konflik yang kompleks dengan akar sejarah yang panjang. Standar ganda tersebut tentu sangat disayangkan, karena dapat mempersulit upaya untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Kritik terhadap standar ganda Barat dalam konflik Palestina-Israel telah dilontarkan oleh berbagai pihak. Banyak orang mempercayai bahwa standar ganda ini menunjukkan bahwa negara-negara Barat tidak sungguh-sungguh mengutamakan keadilan atau hak asasi manusia, melainkan hanya memprioritaskan kepentingan mereka sendiri.

Terdapat beberapa alasan mengapa negara-negara Barat menerapkan standar ganda dalam konflik Palestina-Israel. Adapun salah satu penyebabnya adalah karena adanya ikatan yang erat antara Israel dan Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan mitra utama Israel dan telah memberikan dukungan yang besar dalam bidang militer dan keuangan kepada negara tersebut. Dengan dukungan ini, Israel merasa aman untuk terus melanggar hak-hak warga Palestina. Negara-negara Barat menerapkan standar ganda dengan alasan lain, yaitu ketakutannya akan kehilangan dukungan pemilih Yahudi jika mereka mengkritik Israel secara tegas. Banyak negara Barat memiliki kelompok Yahudi yang memiliki pengaruh yang kuat dan mendukung Israel dengan penuh semangat. Pemerintah sering kali ditekan oleh kelompok-kelompok ini agar bersikap lebih lunak terhadap Israel. Akan tetapi apa pun alasan di baliknya, standar ganda Barat dalam konflik Palestina-Israel telah memperburuk konflik dan membuat solusi damai menjadi lebih sulit. Jika negara-negara Barat ingin membantu mengakhiri konflik ini, mereka harus menerapkan standar yang sama untuk semua pihak yang terlibat.

Standar ganda Barat dalam konflik Palestina-Israel berdampak besar bagi kedua belah pihak Bagi warga Palestina, standar ganda ini membuat mereka merasa tidak mendapatkan penghargaan atau perlindungan dari komunitas internasional. Bagi Israel, penggunaan standar ganda ini memberikan mereka alasan untuk terus melanggar hak-hak warga Palestina. Israel percaya bahwa mereka bisa bertindak seenaknya tanpa menerima konsekuensi apapun. Situasi telah semakin buruk dan solusi damai menjadi lebih sulit untuk dicapai. Mencari penyelesaian terhadap standar ganda Barat dalam konflik Palestina-Israel merupakan tugas yang kompleks. Ini sesuai dengan persyaratan politik yang harus dipenuhi oleh negara-negara Barat agar dapat menerapkan standar yang konsisten bagi semua pihak yang terlibat.

Salah satu langkah yang dapat diambil adalah meningkatkan tekanan pada Israel untuk menghentikan pelanggaran HAM terhadap warga Palestina. Negara-negara barat harus bersikap netral dan objektif dalam menyikapi konflik Palestina-Israel. Selain itu, negara-negara Barat dapat melakukan hal ini dengan menerapkan sanksi ekonomi, atau dengan mengurangi dukungan militer dan keuangan kepada Israel. Langkah lain yang dapat diambil adalah meningkatkan kesadaran publik tentang konflik Palestina-Israel. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang akurat tentang konflik tersebut kepada masyarakat.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, negara-negara Barat dapat berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih mendukung terciptanya perdamaian di wilayah Timur Tengah. Isu tentang standar ganda Barat dalam konflik Palestina-Israel adalah permasalahan penting yang perlu diatasi dengan serius. Perkara ini telah semakin memperburuk konflik dan membuat pencarian solusi damai semakin sulit. Mencapai perdamaian di Timur Tengah bukanlah perkara yang mudah, tetapi memang merupakan langkah penting yang harus diambil untuk mengatasi standar ganda ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun