Mohon tunggu...
Nadine Zakirah
Nadine Zakirah Mohon Tunggu... Akuntan - Undergraduate Accounting Student

Nadine Zakirah is an Accounting student at Universitas Airlangga with a passion for partnership activities. A mindful individual with a keen eye for detail, Nadine is eager to learn and consistently takes steps toward achieving her goals. Her strength lies in building strategic relationships and creating impactful initiatives. She has a proven ability to conduct thorough research to meet objectives, negotiate successful partnerships, and maintain strong, lasting relationships with partners.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Rupiah Tertekan Menembus Level Rp16.002/USS di Tengan Sentimen Negatif Global

28 Desember 2024   07:17 Diperbarui: 28 Desember 2024   07:13 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Setelah menembus level psikologis Rp16.002 per dolar AS pada Jumat sore, rupiah mengalami penurunan yang sangat tajam, menjadi level terburuk sejak 8 Agustus 2024. Ini merupakan level terendah sejak saat itu. Perlambatan ini terjadi sebelum pembukaan pasar Eropa, yang menunjukkan bahwa nilai tukar mata uang Indonesia dipengaruhi oleh tekanan jual yang terus berlanjut di pasar obligasi dan saham akhir-akhir ini. Penurunan tajam ini membuat para analis khawatir akan potensi devaluasi lebih lanjut dalam waktu dekat. Para investor juga semakin waspada terhadap dampak dari ketegangan geopolitik global yang belum kunjung mereda. Meskipun Bank Indonesia telah melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas ekonomi, namun pelemahan rupiah masih terus terjadi akibat faktor eksternal yang tidak terduga.

Analisis menunjukkan bahwa Bank Indonesia mungkin telah melakukan intervensi di tiga pasar utama, yaitu pasar spot, pasar forward domestik, dan pasar Surat Berharga Negara (SBN). Ketiga pasar tersebut dinilai memiliki peranan yang sangat penting. Rupiah semakin tertekan akibat penguatan indeks dolar AS yang mencapai 107,04. Intervensi ini dilakukan dengan harapan dapat memperlambat laju pelemahan nilai tukar rupiah. Kekhawatiran muncul di kalangan investor akibat penguatan dolar AS yang menyebabkan penarikan modal dari area berisiko seperti pasar obligasi Indonesia.

Selain itu, tekanan jual di pasar saham juga semakin meningkat. Akibat aksi jual yang dominan terjadi pada saham perbankan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami pelemahan sebesar 0,32%. Hal ini menambah kesulitan yang dihadapi rupiah, karena sejak dibuka hari ini rupiah sudah terdepresiasi 0,27% ke level Rp15.968 per dolar AS, dan terus melemah hingga menyentuh level sekitar Rp15.970 per dolar AS. Data inflasi harga grosir di Amerika Serikat yang terungkap pada bulan November lalu lebih tinggi dari perkiraan pasar, menjadi pemicu sentimen negatif yang saat ini mendominasi pasar. Hal ini mengindikasikan bahwa tekanan inflasi masih menjadi hal yang perlu diwaspadai, terutama mengingat upaya yang dilakukan oleh Federal Reserve untuk menekan inflasi melalui keputusan kebijakan suku bunga. Situasi ini juga berdampak pada mata uang Asia lainnya yang semuanya mengalami penurunan nilai yang sama akibat skenario tersebut. Mata uang baht Thailand mengalami pelemahan sebesar 0,51%, diikuti oleh ringgit Malaysia (-0,32%), won Korea Selatan (-0,22%), peso Filipina (-0,15%), dan yuan Tiongkok (-0,11%). Semua mata uang negara tersebut mengalami pelemahan. Bahkan, dolar Singapura dan dolar Hong Kong sama-sama mengalami pelemahan sebesar 0,02%, dan yen Jepang juga mengalami pelemahan tipis sebesar 0,01%.

Dari sisi teknikal, rupiah telah menembus level support terdekat yang berada di angka Rp15.950 per dolar AS. Rupiah diperkirakan masih akan bertahan di kisaran Rp15.950 hingga Rp15.980 per dolar AS. Jika terjadi pelemahan lebih lanjut dan level tersebut berhasil ditembus, maka level support berikutnya yang diprediksi paling kuat adalah di angka Rp16.000 per dolar AS. Melihat belum adanya alasan substansial yang mendukung pemulihan, hal ini mengindikasikan bahwa prospek penguatan rupiah ke Rp. 16.000 dalam waktu dekat sangat mungkin terjadi. Diperkirakan bahwa rupiah masih akan mengalami tekanan dalam waktu dekat dan kemungkinan akan terus melemah jika kondisi pasar global tidak membaik. Para investor diimbau untuk waspada dan mempertimbangkan langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi volatilitas mata uang selama periode ini.

Ketidakpastian politik dan ekonomi global telah menyebabkan nilai tukar rupiah terus melemah dalam waktu dekat dan kemungkinan akan terus melemah jika kondisi pasar global tidak membaik. Para investor diimbau untuk waspada dan mempertimbangkan langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi volatilitas mata uang selama periode ini. Dari sisi ekonomi domestik dan global, masyarakat dan pelaku pasar diharapkan tetap bersikap hati-hati dan waspada terhadap setiap perkembangan baru. Investor juga diminta untuk mencermati secara menyeluruh setiap faktor yang berpotensi memengaruhi stabilitas rupiah mengingat kondisi global saat ini yang masih penuh ketidakpastian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun