Setelah menembus level psikologis Rp16.002 per dolar AS pada Jumat sore, rupiah mengalami penurunan yang sangat tajam, menjadi level terburuk sejak 8 Agustus 2024. Ini merupakan level terendah sejak saat itu. Perlambatan ini terjadi sebelum pembukaan pasar Eropa, yang menunjukkan bahwa nilai tukar mata uang Indonesia dipengaruhi oleh tekanan jual yang terus berlanjut di pasar obligasi dan saham akhir-akhir ini. Penurunan tajam ini membuat para analis khawatir akan potensi devaluasi lebih lanjut dalam waktu dekat. Para investor juga semakin waspada terhadap dampak dari ketegangan geopolitik global yang belum kunjung mereda. Meskipun Bank Indonesia telah melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas ekonomi, namun pelemahan rupiah masih terus terjadi akibat faktor eksternal yang tidak terduga.
Analisis menunjukkan bahwa Bank Indonesia mungkin telah melakukan intervensi di tiga pasar utama, yaitu pasar spot, pasar forward domestik, dan pasar Surat Berharga Negara (SBN). Ketiga pasar tersebut dinilai memiliki peranan yang sangat penting. Rupiah semakin tertekan akibat penguatan indeks dolar AS yang mencapai 107,04. Intervensi ini dilakukan dengan harapan dapat memperlambat laju pelemahan nilai tukar rupiah. Kekhawatiran muncul di kalangan investor akibat penguatan dolar AS yang menyebabkan penarikan modal dari area berisiko seperti pasar obligasi Indonesia.
Selain itu, tekanan jual di pasar saham juga semakin meningkat. Akibat aksi jual yang dominan terjadi pada saham perbankan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami pelemahan sebesar 0,32%. Hal ini menambah kesulitan yang dihadapi rupiah, karena sejak dibuka hari ini rupiah sudah terdepresiasi 0,27% ke level Rp15.968 per dolar AS, dan terus melemah hingga menyentuh level sekitar Rp15.970 per dolar AS. Data inflasi harga grosir di Amerika Serikat yang terungkap pada bulan November lalu lebih tinggi dari perkiraan pasar, menjadi pemicu sentimen negatif yang saat ini mendominasi pasar. Hal ini mengindikasikan bahwa tekanan inflasi masih menjadi hal yang perlu diwaspadai, terutama mengingat upaya yang dilakukan oleh Federal Reserve untuk menekan inflasi melalui keputusan kebijakan suku bunga. Situasi ini juga berdampak pada mata uang Asia lainnya yang semuanya mengalami penurunan nilai yang sama akibat skenario tersebut. Mata uang baht Thailand mengalami pelemahan sebesar 0,51%, diikuti oleh ringgit Malaysia (-0,32%), won Korea Selatan (-0,22%), peso Filipina (-0,15%), dan yuan Tiongkok (-0,11%). Semua mata uang negara tersebut mengalami pelemahan. Bahkan, dolar Singapura dan dolar Hong Kong sama-sama mengalami pelemahan sebesar 0,02%, dan yen Jepang juga mengalami pelemahan tipis sebesar 0,01%.
Dari sisi teknikal, rupiah telah menembus level support terdekat yang berada di angka Rp15.950 per dolar AS. Rupiah diperkirakan masih akan bertahan di kisaran Rp15.950 hingga Rp15.980 per dolar AS. Jika terjadi pelemahan lebih lanjut dan level tersebut berhasil ditembus, maka level support berikutnya yang diprediksi paling kuat adalah di angka Rp16.000 per dolar AS. Melihat belum adanya alasan substansial yang mendukung pemulihan, hal ini mengindikasikan bahwa prospek penguatan rupiah ke Rp. 16.000 dalam waktu dekat sangat mungkin terjadi. Diperkirakan bahwa rupiah masih akan mengalami tekanan dalam waktu dekat dan kemungkinan akan terus melemah jika kondisi pasar global tidak membaik. Para investor diimbau untuk waspada dan mempertimbangkan langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi volatilitas mata uang selama periode ini.
Ketidakpastian politik dan ekonomi global telah menyebabkan nilai tukar rupiah terus melemah dalam waktu dekat dan kemungkinan akan terus melemah jika kondisi pasar global tidak membaik. Para investor diimbau untuk waspada dan mempertimbangkan langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi volatilitas mata uang selama periode ini. Dari sisi ekonomi domestik dan global, masyarakat dan pelaku pasar diharapkan tetap bersikap hati-hati dan waspada terhadap setiap perkembangan baru. Investor juga diminta untuk mencermati secara menyeluruh setiap faktor yang berpotensi memengaruhi stabilitas rupiah mengingat kondisi global saat ini yang masih penuh ketidakpastian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H