Mohon tunggu...
Nadine Samara
Nadine Samara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlanggaa

Merupakan mahasiswa aktif dari Universitas Airlangga dengan bidang Antropologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dampak Perilaku Patriarki dan Kondisi Fatherless pada Anak

28 Juni 2024   13:07 Diperbarui: 7 Desember 2024   19:41 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kondisi Fatherless

Keberadaan ayah dalam keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan sosial, emosional dan psikologis anak. Fenomena ketiadaan figur ayah, yang dapat dijelaskan sebagai "tanpa ayah," telah menjadi perhatian dalam masyarakat modern. Ketiadaan ayah ini menggambarkan situasi di mana seorang anak merasakan kekurangan dalam interaksi dan perhatian dari ayahnya, bahkan jika ayah tersebut hadir secara fisik. Lebih dari sekadar absennya sosok ayah secara fisik, istilah "fatherless" lebih menyoroti kekurangan dalam peran ayah dalam proses pengasuhan anak. 

Sementara istilah "father absence" lebih mengacu pada ketiadaan fisik ayah dalam kehidupan seseorang. Menurut Wardah Roudhotina SPsi MPsi Psikolog,  Fatherless, disebut juga sebagai kelaparan figur paternal, mengindikasikan minimnya peranan ayah dalam proses asuhan, bahkan hingga absennya, baik secara psikologis maupun jasmaniyah. Retno Listyarti, seorang pejabat di Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memaparkan bahwa "Fatherless diartikan sebagai anak yang bertumbuh kembang tanpa kehadiran ayah, atau anak yang mempunyai ayah tapi ayahnya tidak berperan maksimal dalam proses tumbuh kembang anak dengan kata lain pengasuhan".

Kondisi fatherless  bisa disebabkan oleh patriarki, oleh karena itu kedua hal ini bisa saja berkaitan. Patriarki adalah sistem sosial atau budaya di mana kekuasan dan otoritas dipegang sepenuhnya oleh laki laki, baik dalam lingkungan masyrakat ataupun lingkup keluarga. Budaya patriarki ini kerap menempatkan perempuan yang bertanggungjawab untuk urusan domestic serta mengurus anak dan rumah tangga pada saat yang bersamaan, laki-laki berperan dalam mengemban tanggung jawab terkait dengan aspek publik. Dalam hal ini maka, sosok ayah akan kurang mengambil peran dalam mengasuh dan mendidik anaknya. Sehingga meskipun anak memiliki ayah yang ada secara fisik, tapi tidak ada secara peran di kehidupannya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun