Mohon tunggu...
Nadine Amyra Reza
Nadine Amyra Reza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Airlangga

Hobi mendengarkan musik, menyukai berbagai genre, dan senang membuat playlist berdasarkan hari atau momen tertentu untuk dikenang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Pembalut Harus Dianggap Hal Wajar Dalam Kehidupan Sehari-Hari

2 Januari 2025   07:00 Diperbarui: 2 Januari 2025   06:17 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam kehidupan sehari-hari, pembalut adalah salah satu kebutuhan paling mendasar bagi perempuan. Namun, mengapa masih ada stigma yang membuat pembalut dianggap sesuatu yang memalukan? Beli pembalut ke warung harus pake kresek hitam, ngasih spare pembalut ke temen harus sembuyi sembunyi, padahal itu basic necessity atau kebutuhan dasar.

Istilah-istilah seperti "roti bantal", "datang bulanan", atau "lagi dapet" seringkali digunakan sebagai pengganti secara tidak langsung untuk menstruasi. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ketidaknyamanan dalam berbicara secara terbuka mengenai menstruasi dan pembalut. Menstruasi seharusnya dipandang sebagai proses alami yang normal bagi perempuan, dan pembalut adalah produk kesehatan yang dirancang untuk menjaga kenyamanan dan kebersihan selama menstruasi.

Stigma terhadap pembalut dan menstruasi sebagian besar dipengaruhi oleh budaya patriarki dan mitos kuno yang menganggap menstruasi sebagai hal yang kotor atau tabu. Hal ini berlanjut dalam cara kita berbicara tentang menstruasi dengan menggunakan kata kata pengganti, seolah-olah menyebutnya secara langsung adalah hal yang tidak sopan. 

Normalisasi pembalut dan menstruasi adalah langkah menuju kesetaraan gender dan penghormatan terhadap perempuan. Ketika pembalut dianggap sebagai kebutuhan yang normal, hal ini akan membantu menghapus stigma yang melekat dan mempermudah akses perempuan terhadap produk kesehatan menstruasi. Ini bukan hanya soal kenyamanan pribadi, tetapi juga tentang hak asasi manusia.

Edukasi tentang menstruasi harus diajarkan kepada anak-anak sejak dini, tanpa memandang jenis kelamin. Dengan pemahaman yang benar, diharapkan generasi mendatang dapat memperlakukan menstruasi sebagai sesuatu yang wajar tanpa rasa malu.

Penting bagi kita untuk menghormati bahwa pembalut merupakan kebutuhan dasar bagi perempuan, dengan mengupayakan penghapusan stigma seputar pembalut dan menstruasi kita dapat meningkatkan kenyamanan serta kepercayaan diri perempuan. Dengan demikian, akan terciptanya masyarakat yang inklusif dan penuh pengertian terhadap kebutuhan biologis setiap individu. Mari mulai membicarakan pembalut dengan sopan dan tanpa rasa malu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun