Di era digital yang serba cepat, munculnya tren velocity jedag-jedug menjadi salah satu fenomena menarik di media sosial. Istilah ini merujuk pada video dengan efek visual yang dinamis, beat musik yang menghentak, serta perpaduan transisi cepat yang memikat perhatian dalam hitungan detik. Konten semacam ini banyak dijumpai di TikTok, Instagram Reels, maupun YouTube Shorts, dan sering kali menjadi viral. Namun di balik daya tariknya yang menghibur, tren velocity jedag-jedug juga menimbulkan beragam dampak yang layak untuk dikaji lebih dalam.
Daya tarik utama dari velocity jedag-jedug terletak pada kekuatan visual dan audionya. Musik dengan beat cepat dipadukan dengan potongan video yang sinkron menciptakan sensasi tersendiri bagi penonton. Bagi kreator, tren ini menjadi wadah ekspresi dan kreativitas, terutama dalam mengedit video secara estetik dan ritmis. Selain itu, format yang singkat dan padat membuat konten jenis ini sangat cocok untuk konsumsi cepat di era digital, di mana perhatian pengguna semakin pendek. Banyak pengguna media sosial merasa terhibur, bahkan terhipnotis, dengan alur video yang begitu cepat dan energik.
Namun demikian, tren ini tidak lepas dari dampak negatif. Salah satunya adalah potensi gangguan konsentrasi akibat konsumsi konten yang terlalu cepat dan berulang. Otak menjadi terbiasa dengan rangsangan instan, sehingga menurunkan minat terhadap konten yang lebih panjang dan mendalam. Selain itu, tidak semua konten velocity memiliki nilai edukatif; sebagian hanya mengejar sensasi atau estetika tanpa makna yang jelas. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi kualitas konsumsi digital, terutama di kalangan remaja.
Tren velocity jedag-jedug mencerminkan bagaimana media sosial membentuk selera dan cara kita menikmati hiburan. Meski memiliki daya tarik yang kuat sebagai bentuk seni dan hiburan modern, penting bagi pengguna untuk lebih bijak dalam mengonsumsinya. Kreator pun diharapkan tidak hanya mengejar viralitas, tetapi juga mempertimbangkan pesan yang disampaikan melalui konten. Dengan demikian, tren ini bisa menjadi media ekspresi yang sehat dan tetap bernilai di tengah derasnya arus informasi digital.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI