Mohon tunggu...
Nadila Sekar Zahida
Nadila Sekar Zahida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dosen dan Mahasiswa Biologi UM Ajak Warga Tirtoyudo Malang Memasarkan Szalacoffe melalui E-Commerce

27 Agustus 2023   14:24 Diperbarui: 27 Agustus 2023   14:42 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jajaran dosen dan mahasiswa jurusan Biologi Universitas Negeri Malang melaksanakan pengabdian masyarakat di Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Kegiatan yang digelar pada tanggal 1 Agustus 2023 itu dilakukan oleh para dosen Biologi diantaranya Muhammad Andry Prio Utomo, S.Si., M.Si., Yunita Rakhmawati, M.Kes., Ajeng Daniarsih, M.Si., Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd, dan Kennis Rozana, S.Pd, M.Si. Adapun mahasiswa Biologi Universitas Negeri Malang yang berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat itu adalah Muh. Anwar Rasyid, Muhammad Taqiyuddin Hilali, Farah Nirfana Palupi, Fatikha Rahma Ramadina, dan Nadila Sekar Zahida. Kegiatan pelatihan pengemasan kopi dari biji salak "Szalacoffe" ini diikuti oleh ibu-ibu PKK di Desa Tirtoyudo.

Inovasi yang disalurkan ke warga Tirtoyudo Malang yaitu pelatihan pengemasan dan pemasaran kopi dari biji salak "Szalacoffe". Pelatihan pengemasan menggunakan kemasan coffee drip yang ter up to date sehingga dapat menarik pelanggan. "Adapun pelatihan branding diajarkan cara menggunakan sosial media seperti Instagram, Facebook, Tiktok dan Whatsapp untuk mensosialisasikan kopi biji salak buatan warga Tirtoyudo serta e-commerce yang digunakan dalam pelatihan ini adalah Tokopedia dan Shopee" penjelasan Muhammad Andry Prio Utomo, S.Si., M.Si.

Pelatihan Pengemasan dan Pemasaran Kopi Biji Salak "Szalacoffe" kepada Masyarakat Tirtoyudo, Kabupaten Malang

Kecamatan Tirtoyudo merupakan salah satu sentra produksi salak terbesar di Kabupaten Malang. Tingkat konsumsi salak yang tinggi menunjukkan tingginya limbah biji salak yang dihasilkan. Kopi biji salak merupakan bentuk inovasi serbuk kopi yang dibuat dari biji salak. Biji salak biasanya dibuang sebagai bahan yang tidak berguna lagi, sehingga jika menumpuk akan menjadi limbah di lingkungan sekitarnya. Biji salak dapat menjadi bahan yang berguna dan mempunyai nilai ekonomi. Setelah biji salak di sangrai, lalu bijinya digiling agar menjadi bubuk. Produk berupa bubuk ini harus dikemas agar dapat bertahan lebih lama dan terhindar dari kontaminasi kapang yang dapat dibawa oleh serangga, misalnya semut yang dapat menyebabkan kopi terkontaminasi oleh spora jamur, "ungkap dosen Biologi UM, Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd. "Pengemasan bubuk kopi memerlukan beberapa persyaratan, yaitu: kemasan harus rapat dan bersih, sehingga apabila dijual, maka konsumen akan mendapat bubuk kopi yang aman dan tahan lama" tambah Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini menargetkan masyarakat mampu mengemas, membranding dan memasarkan produk biji kopi salak "Szalacoffe" mereka melalui e-commerce. "Untuk mencapai target tersebut dosen dan mahasiswa Biologi UM melakukan praktek langsung pengemasan produk dan penggunaan e-commerce di Kecamatan Tirtoyudo.  Serangkaian proses penyampaian pelatihan pengemasan dan pemasaran kopi limbah biji salak pada ibu-ibu PKK Desa Tirtoyudo meliputi: Pengemasan dan branding, marketing, soft selling, content digital marketing, dan hard selling" penjelasan Yunita Rakhmawati, M.Kes.

Pengemasan dan Pemasaran Kopi Biji Salak "Szalacoffe" oleh Masyarakat Tirtoyudo, Kabupaten Malang 

Para pelaku inovasi harus terus mengikuti arus perkembangan teknologi dalam rangka menghadapi tantangan yang terjadi di berbagai aspek termasuk perekonomian. Program penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Tirtoyudo dalam rangka memberdayakan masyarakat Desa Tirtoyudo, Kabupaten Malang dilakukan untuk melatih keterampilan pembuatan produk inovasi, yaitu pelatihan pengemasan dan pemasaran kopi biji salak "Szalacoffe". "Pelatihan ini dilakukan dalam rangka pemberdayaan dan pelatihan keterampilan masyarakat dalam berinovasi mengolah hasil limbah komoditas Kecamatan menjadi suatu produk bernilai ekonomi" ungkap Ajeng Daniarsih, M.Si.

Para dosen dan mahasiswa Biologi sudah membuatkan tester kopi dan dicicipi oleh ibu-ibu PKK di Kecamatan Tirtoyudo. Komentar mereka secara umum menyatakan bahwa rasa "Szalacoffe" tidak berbeda jauh dari kopi pada umumnya dan terdapat sedikit aroma biji salak. Hal ini merupakan ciri khas yang membedakan Szalacoffe dari biji kopi. Para ibu PKK sangat antusias mengikuti pelatihan dalam pengemasan hingga pemasaran Szalacoffe. Mereka berminat untuk melanjutkan usaha ini dengan tujuan untuk menambah penghasilan. "Berdasarkan hasil pengamatan, mereka menunjukkan bahwa mereka memahami cara mengemas dan memasarkannya. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangsih dari para dosen dan mahasiswa Biologi FMIPA UM kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu PKK di Kecamatan Tirtoyudo agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka melalui usaha kopi biji salak" ungkap Kennis Rozana, S.Pd, M.Si.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun