Mohon tunggu...
Nadila RahmaPutri
Nadila RahmaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas

Kenapa orang bisa kita tidak bisa? Lebih baik mencoba dari pada tidak sama sekali mencoba:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya yang Masih Kental di Daerah Kuranji, Kota Padang

26 Februari 2021   21:05 Diperbarui: 26 Februari 2021   21:05 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kuranji merupakan sebuah kecamatan di Kota Padang, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kecamatan ini meliputi Nagari Pauh IX yang terdiri dari sembilan Kelurahan yaitu Ampang, Anduring, Gunung Sarik, Kalumbuk, Korong Gadang, Kuranji, Lubuk Lintah, Pasar Ambacang dan Sungai Sapih.

Tentu tidak asing lagi bagi masyarakat Kota Padang dengan kecamatan Kuranji karena terkenal dengan istilah Harimau Kuranji. Berbicara tentang Budaya di daerah Kuranji, yang masih kental dengan tradisi dan adat istiadatnya, yang tak pernah pudar karena keunikannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Budaya diartikan sebagai pikiran akal atau budi atau adat istiadat. Jadi, Budaya adalah semua aktivitas manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. 

Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas, budaya sangat erat hubungannya dengan masyarakat karena aspek budaya turut menentukan perilaku dan kegiatan sosial manusia.

Salah satu Budaya yang masih dilestarikan di daerah Kuranji ini adalah Batagak Gala. Batagak gala merupakan sebuah tradisi atau adat istiadat didaerah ini yang masih dilestarikan sampai saat sekarang, dimana batagak gala dilakukan oleh Laki-laki Minangkabau setelah melangsungkan pernikahan atau biasa disebut Marapulai, gala atau gelar diberikan oleh Mamak sasuku.

Minang yang garis keturunannya berdasarkan garis keturunan ibu (Matrilineal). Seorang laki-laki dewasa yang akan melakukan perkawinan akan diberikan gala (gelar), seperti kata pepatah " Ketek banamo gadang Bagala ".

Pepatah itulah yang menjadi pedoman bagi Masyarakat di Minangkabau terutama di daerah Kuranji. Gala di minang sendiri bermacam-macam seperti, (sultan dirajo, malin mancayo, rajo intan, rajo sampono, malin sampono, rajo medan, rajo ameh, datuak marajo).

Pada saat Batagak Gala atau gelar ini dilakukan Marapulai yang akan diberikan gala memakai baju adat Minangkabau terdiri dari Saluak atau deta, kemeja putih, baju jas, baju sirah, sarawa panjang, sarawa sirah, sasampiang, cawek pinggang, karih, tungkek dan sepatu. Memberikan gala atau gelar ini bertujuan untuk membedakan antara laki-laki Minang yang sudah menikah dengan laki-laki Minang yang belum menikah atau biasanya disebut mambujang.

Dalam pelaksanaan Batagak Gala ini si laki-laki atau Marapulai akan berteriak menyebutkan gala nya di depan teras rumah, biasanya orang-orang atau karib kerabat yang mendengarnya pura-pura tuli atau tidak mendengarnya supaya si Laki-laki tadi mengulangi berteriak menyebutkan galanya (gelar) nya beberapa kali, barulah karib kerabat menyahut dan memanggil gala laki-laki tersebut.

Gala yang diberikan oleh mamak ini disimbolkan dengan sebuah gelas berisi air putih, gelas itu diberikan oleh janang yang merupakan perpanjangan tangan mamak diberikan kepada Marapulai.

Gelas tersebut dipegang dan diangkat tinggi, bersamaan dengan mengumumkan gelar yang diberikan kepada hadirin atau para mamak yang berkumpul disitu sambil menyebut gala yang diberikan mamak tadi. Acara berakhir dengan berbalas pantun dan berdoa serta membaca Al Fatihah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun