Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pemberian rangsangan atau stimulasi hingga usia enam tahun.Â
Proses stimulasi membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lanjut. Orangtua serta guru juga harus memfasilitasi anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan supaya proses, tersebut dapat berhasil.
Dalam belajar mengajar pastinya perlu yang namanya berfikir. Proses berfikir inilah yang dinamakan kognitif atau kognisi. Cara pengembangan kognitif anak usia dini menurut pada ahli pastilah berbeda-beda.salah satunya menurut Vygotsky.
Baca juga : Strategi dan Solusi Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19
Menurut vygotsky konsep teorinya adalah dengan menggunakan ZPD (Zona Proximal Development) adalah berbagai tugas yang terlalu suit bagi anak.
namun dapat dipelajari dengan bombingan orang dewasa (guru orangtua). Â selanjutnya yaitu Scaffolding, teori ini membahas tentang pemberian dukungan kepada anak selama tahap-tahap pembelajaran. Yang terakhir adalah bahasa dan pemikiran. menurut vygotsky anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk percakapan saja, namun juga untuk membantu pemecahan masalah.
Baca juga : Konsep Merdeka Belajar, Guru Wajib Berinovasi dengan Menggunakan Media Pembelajaran
Teori vygotsky ini tentu dapat diimplementasikan dalam pembelajaran. Terdapat tiga implementasi dalam pembelajaran yaitu
- Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik. sehingga mereka dapat berinteraksi dengan teman-teman. Ketika interaksi dengan teman-teman lancar maka ketika salah satu diantara mereka ada masalah, jadi mereka bisa memecahkan masalah dengan bersama-sama.
- Pendekatan scaffolding pendekatan ini yaitu dengan pemberian dukungan kepada siswa yang kurang memahami dalam pembelajaran. Jadi ketika siswa belum memahami materi yang disampaikan guru, maka guru harus cepat dan tanggap dalam menangani permasalahan siswa tersebut. Bisa dengan dukungan berupa motivasi, dengan cara atau tehnik agar siswa tersebut faham
- memaklumi adanya perbedaan dalam pemahaman materi setiap anak pasti memiliki cara pemahaman yang berbeda dalam materi. hal tersebut adalah wajar. Bagaimanapun cara anak dalam memahami materi tidak masalah asalkan anak bisa faham dalam materi tersebut. Oranglain juga tidak bisa menuntut harus dengan cara yang seperti ini.mereka punya cara tersendiri untuk memahami materi tersebut.
selamat membaca semoga bermanfaat dan terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H