Puisi The More Loving One karya W.H. Auden memberikan pandangam mendalam tentang cinta yang tulus, meskipun tanpa balasan. Melalui metafora bintang-bintang, Auden menggambarkan ketidakpedulian seseorang yang kita cintai. Dalam bait pembuka, ia menulis,Â
"Looking up at the stars, I know quite well / That, for all they care, I can go to hell."
Namun, alih-alih menyerah pada rasa kecewa, Auden mengajarkan keberanian untuk menjadi pihak yang lebih mencintai.Â
Dalam bait, "If equal affection cannot be, / Let the more loving one be me," ia menunjukkan bahwa cinta sejati tidak tergantung pada balasan, melainkan lahir dari keikhlasan untuk memberi.
Puisi ini juga menantang norma sosial yang dimana sebagian orang sering mengukur cinta dari keberhasilannya mendapatkan balasan.
 Melalui bait, "Admirer as I think I am / Of stars that do not give a damn,"Â
Auden menyampaikan bahwa cinta tak berbalas bukanlah kegagalan, melainkan bentuk keberanian hati untuk menerima kenyataan dan terus mencintai.
Selain memberikan perspektif baru, puisi ini sangat relevan dengan pengalaman banyak orang. Sebagai pembaca, saya merasa puisi ini menggambarkan pengalaman pribadi saya yang pernah mencintai tanpa balasan.Â
Awalnya, rasa kecewa tentu ada, namun seiring waktu, saya memahami bahwa belajar menerima kenyataan dan menemukan kebahagiaan dalam perasaan itu sendiri.
 Bait, "I should learn to look at an empty sky," menjadi pengingat indah bahwa penerimaan adalah bagian dari proses mencintai.
Pesan utama puisi ini adalah pentingnya menjadi "the more loving one," yaitu mencintai tanpa pamrih dan menerima kenyataan dengan ikhlas. Auden menunjukkan bahwa cinta tanpa syarat bukan kelemahan, melainkan kekuatan yang memperkaya jiwa. Filosofi ini mengajarkan bahwa mencintai adalah kebahagiaan tersendiri, terlepas dari apakah cinta itu dibalas atau tidak.