Mohon tunggu...
nadifa maulidia
nadifa maulidia Mohon Tunggu... Editor - profesi saya sebagai murid

just for fun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi atau Ritual Pemanggil Hujan

6 Agustus 2024   11:33 Diperbarui: 6 Agustus 2024   11:37 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cingcowong merupakan bahasa lain dari tradisi atau ritual pemanggil hujan. Cingcowong merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat dari daerah Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat, tepatnya berada di Desa Luruagung Landeh. Keberadaan Cingcowong memiliki hubungan erat dengan kebutuhan dan ketergantungan manusia terhadap alam, contohnya kebutuhan air sebagai sumber penghidupan. Pada intinya tradisi ini dilakukan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, supaya segera diturunkan hujan ketika musim kemarau berkepanjangan.

Tradisi pemanggil hujan ini menunjukan simbolisasi dari manusia yang tidak berdaya untuk menghadapi kekuasaan alam semesta. Air menjadi sumber kebutuhan dasar dan pokok manusia, kebutuhan tersebut harus dipenuhi setiap hari, jika persediaan air menipis, akan mengakibatkan terganggunya kebutuhan hidup sehari-hari seperti makan, minum, mandi, dan mencuci. Kemarau yang berkepanjangan juga mengakibatkan pengairan lahan pertanian berkurang, sehingga mengakibatkan kegagalan panen.

Cingcowong adalah seni ritual untuk meminta hujan dengan media jejelmaan orang-orangan perempuan berwajah cantik, cara memanggil roh-roh (gaib) dengan alat pengiring buyung yang terbuat dari tanah liat (sebagai kendang) dan ceneng (bokor) sebagai ketuk (Kusnadi, 2001). Tradisi Cingcowong ini dilakukan karena adanya kepercayaan terhadap suatu hal akan semesta alam. Banyak sekali orang yang mempercayai tradisi ini dalam kehidupan sehati-hari. Ritual tradisi ini hanya dilakukan ketika musim kemarau berkepanjangan saja.

Ritual Cingcowong dipimpin oleh seorang yang dinamakan Punduh. Punduh adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan khusus dibidang spiritual atau kepercayaan setempat yang diperolehnya karena inisiatif sendiri, dan dianggap memiliki kecakapan khusus untuk berhubungan dengan makhluk lain dan kekuatan supernatural. Supaya ritual lancar, seorang punduh dibantu dengan orang yang bertugas memegang boneka Cingcowong, dan memainkan dua alat musik yaitu buyung dan bokor. Ada juga sinden yang bertugas untuk melantunkan lagu-lagu tertentu untuk mengiringi boneka Cingcowong menari. Perlengkapan pendukung rituan selain boneka Cingcowong yaitu taraje (tangga bambu), samak (tikar), sisir dan cermin, serta diengkapi juga dengan air dan bunga kamboja yang disimpan dalam wadah.

Setelah perlengkapan ritual disiapkan, maka ritual akan siap dilaksanakan. Para pemain musik memukul buyung dengan hihid yang terbuat dari anyaman bambu, sedangkan bokor menggunakan dua ruas kayu masing-masing memiliki panjang 40 cm, sambil mengiringi sinden nyanyi. Punduh dan pembantunya memasuki lokasi ritual, dan berjalan diantara anak tangga yang diletakkan di atas lantai, dari awal hingga akhir bolak balik sebanyak 3 kali. Setelah itu punduh duduk di tengah-tengah tangga sambil menggendong boneka Cingcowong, dan menghadapkan wajah boneka ke depan cermin sambil menyisiri rambut boneka Cingcowong

Gerakan tak terkendali tersebut menandakan bahwa boneka Cingcowong telah dirasuki oleh roh gaib. Ada saat nya boneka Cingcowong mendatangi kerumunan penonton dan membuat para penonton histeris ketakutan. Untuk meredakan suasana tersebut punduh mengucapkan kata-kata “cingcowong cingcowong, hulu canting awak bubu” (cingcowong cingcowong, kepala canting badan bubu), diiringi dengan menciprat-cipratkan air yang sudah diisi dengan bunga kamboja kepada penonton sambil mengucapkan “hujan, hujan, hujan”.

Pada proses perkembangan zaman pada saat ini tradisi Cingcowong dimodifikasi dalam bentuk seni tari hiburan masyarakat. Tradisi Cingcowong ini sudah hampir punah maka masyarakat menyelamatkan tradisi tersebut dengan mengubahnya menjadi seni tari Cingcowong. Tradisi ini cukup menarik, karena membuat orang diluar daerah tersebut tertarik untuk melihat atau mencari tau tentang tradisi tersebut. Seperti yang sudah di jelaskan, tradisi ini dipercayai oleh para warga sekitar yang masih memanut kepercayaan. Dengan pengaruhnya zaman yang sekarang ini banyak warga lokal maupun internasional yang penasaran pada tradisi tersebut. Oleh karena itu, sekarang tradisi ini bisa dilihat dengan pentas seni tari Cingcowong.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun