Mohon tunggu...
Nadia Ul Haq
Nadia Ul Haq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

A university student, English Education Department, Faculty Teacher Training 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wujudkan Usaha Meningkatkan Lingkungan Perkuliahan dalam Religious Leaders Summit on Environment

13 Desember 2024   11:09 Diperbarui: 13 Desember 2024   11:09 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Lingkungan adalah isu global yang membutuhkan pendekatan lintas sektor dan kolaborasi yang kuat. Menyadari hal ini, UIN Walisongo Semarang menggelar Religious Leaders Summit on Environment sebagai bagian dari International Conference on Religion and Environment (ICRE) 2024. Acara ini berlangsung pada 11--12 Desember 2024 di MG Setos Hotel Semarang dan mengusung tema "Interfaith Voices for the Environment: The Role of Religion for Sustainable Planet."

Dipandu oleh Prof. Dr. H. Musahadi, M.Ag., sesi ini menghadirkan diskusi mendalam tentang bagaimana perguruan tinggi dan agama dapat bersinergi untuk menjawab tantangan lingkungan. Dalam sambutannya, Prof. Musahadi menggarisbawahi bahwa perguruan tinggi memiliki tanggung jawab moral untuk tidak hanya mencetak lulusan, tetapi juga menjadi katalisator perubahan.

"Saat ini, perguruan tinggi memiliki peran yang semakin kompleks. Bukan hanya sebagai pusat pendidikan, tetapi juga penggerak aksi nyata dalam menjawab isu-isu global, termasuk lingkungan," tegasnya.

Hal ini menjadi relevan karena masyarakat sering memandang isu lingkungan sebagai tanggung jawab pemerintah atau organisasi besar. Padahal, akademisi dan pemimpin agama memiliki pengaruh besar untuk menggerakkan komunitas dalam skala yang lebih luas.

Ide-Inovatif untuk Pendidikan dan Masyarakat
Prof. Dr. Ir. Budi Widianarko, M.Sc., dari Universitas Katolik Soegijapranata, memperkenalkan konsep service learning, yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan teori dengan praktik langsung di masyarakat. Ia menjelaskan bahwa pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang isu lingkungan, tetapi juga berdampak langsung pada komunitas.

"Konsep ini membawa keuntungan ganda: mahasiswa belajar lebih mendalam, sementara masyarakat mendapatkan manfaat nyata. Ini adalah sinergi pendidikan dan pengabdian yang perlu kita kembangkan lebih luas," ujarnya.

Namun, tidak semua perguruan tinggi siap menerapkan pendekatan ini. Tantangan besar, seperti kesiapan kurikulum dan kesediaan dosen untuk terlibat aktif, perlu mendapat perhatian serius. Di sinilah peran pemerintah dan pemimpin perguruan tinggi menjadi krusial untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung.

Sementara itu, Dr. Suhadi Cholil, M.A., dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyoroti pentingnya pendidikan lingkungan yang lebih inklusif. Menurutnya, isu lingkungan harus menjadi bagian integral dari semua program studi, bukan hanya yang terkait langsung dengan ekologi.

"Pendidikan lingkungan tidak boleh eksklusif. Semua orang, dari berbagai latar belakang akademik, harus memiliki kesadaran yang sama tentang pentingnya menjaga bumi," ujarnya.

PI-PET: Inovasi untuk Integrasi Ilmu
Salah satu gagasan menarik dalam diskusi ini adalah konsep PI-PET (Pengetahuan Ilmiah dan Pengetahuan Tradisional) yang diperkenalkan oleh Prof. Budi. Pendekatan ini mengintegrasikan ilmu pengetahuan modern dengan kearifan lokal sebagai upaya menjawab tantangan lingkungan global.

Sebagai contoh, banyak tradisi lokal yang sudah memiliki praktik keberlanjutan, seperti pertanian organik atau pengelolaan air. Dengan memadukan ini dengan teknologi modern, solusi lingkungan dapat menjadi lebih relevan dan dapat diterima oleh masyarakat setempat.


Religious Leaders Summit ini menjadi bukti bahwa perguruan tinggi, agama, dan masyarakat dapat bersatu untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Namun, komitmen ini tidak cukup berhenti pada diskusi. Diperlukan aksi nyata yang terarah dan berkelanjutan.

Sebagai individu, kita juga dapat berkontribusi. Memulai dari hal kecil, seperti mengurangi sampah plastik atau menanam pohon, adalah langkah awal untuk menciptakan dampak besar. Kolaborasi lintas sektor ini harus menjadi inspirasi bagi kita semua untuk tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak.

Sumber : https://walisongo.ac.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun