Mahasiswa, sebagai individu yang sedang mengejar pendidikan akademik, sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka. Dalam proses studi, mahasiswa dituntut untuk menguasai pengetahuan, kompetensi, sikap, dan keterampilan di bidang studi tertentu. Tekanan akademik yang berat, konflik sosial, serta masalah pribadi kerap kali menjadi pemicu stres dan gangguan mental. Sayangnya, masalah ini sering tidak disadari atau diabaikan oleh mahasiswa maupun lingkungan mereka. Padahal, gangguan kesehatan mental dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam belajar, menurunkan performa akademik, dan bahkan menyebabkan rasa takut atau stres yang berujung pada keputusan untuk berhenti kuliah.
Menurut laporan dari Institut Kesehatan Mental Nasional (NIMH) tahun 2024, sekitar 73% mahasiswa mengalami krisis kesehatan mental selama masa studi mereka, dan 64% dari mereka memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan akibat masalah tersebut. Di Aceh, sekitar 30% mahasiswa menunjukkan gejala gangguan kecemasan dan depresi berdasarkan penelitian yang dilakukan di beberapa universitas. Angka-angka ini menunjukkan betapa seriusnya masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa, menekankan perlunya perhatian lebih terhadap kesejahteraan mereka di lingkungan kampus.
Salah satu pemicu utama gangguan kesehatan mental pada mahasiswa adalah tekanan akademik yang berlebihan. Mahasiswa sering dihadapkan pada jadwal kuliah yang padat, tugas-tugas yang menumpuk, serta berbagai masalah keluarga dan lingkungan pertemanan yang tidak mendukung, yang memperburuk situasi. Akibatnya, mahasiswa menjadi kewalahan dan kesulitan untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan akademik dan pribadi mereka. Oleh karena itu, solusi dari permasalahan ini sangat diperlukan.
Konsep School Well-being muncul sebagai solusi penting dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa. Konsep ini menekankan pada pentingnya dukungan sosial di lingkungan kampus. Ketika mahasiswa merasakan dukungan dari teman-teman, dosen, dan staf kampus, mereka akan lebih mudah dalam mengatasi tekanan akademik dan masalah pribadi yang dihadapi. Dukungan sosial ini membantu mahasiswa merasa lebih terhubung dan tidak merasa terisolasi, sehingga mereka lebih terbuka untuk mencari bantuan dan berbagi perasaan jika mengalami kesulitan. Lingkungan yang saling mendukung akan memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental mahasiswa, yang pada gilirannya meningkatkan prestasi akademik dan kesejahteraan pribadi mereka.
Penerapan School Well-being di kampus tidak hanya penting untuk mendukung aspek akademik, tetapi juga untuk menciptakan ruang yang lebih aman secara mental bagi mahasiswa agar mereka dapat mencapai potensi maksimalnya. Dengan mengintegrasikan konsep ini ke dalam kehidupan kampus, diharapkan mahasiswa dapat menjalani pengalaman belajar yang lebih positif, yang tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kesejahteraan emosional mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H