pernikahan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah pernikahan di Indonesia menurun hingga 2 juta. Pada tahun 2018 sebanyak 2 juta lalu menurun pada tahun-tahun berikuntnya sampai pada 2023 yang ber jumlah 1.577.255. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan perubahan dalam perilaku sosial, tetapi juga menunjukkan pergeseran nilai-nilai budaya yang telah lama mengakar. Mengapa hal ini bisa mengorbankan nilai-nilai kebudayaan pernikahan? Dalam konteks ini, saya beranggapan bahwa pernikahan merupakan institusi sosial yang memiliki akar budaya di berbagai Masyarakat seluruh dunia termasuk Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan tren yang mencolok: penurunan angkaDasar pernikahan sebagai budaya ini dapat dilihat dari berbagai aspek penting yang mencakup nilai-nilai, tradisi dan norma yang mengatur hubungan antar individu dalam konterks pernikahan. Seperti dalam moral dan nilai- nilai sosial, Pernikahan sering kali dianggap sebagai fondasi dari struktur keluarga dan Masyarakat. Dalam banyak budaya, pernikahan tidak hanya melibatkan dua individu melainkan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial seperti komitmen, tanggung jawab, dan saling menghormati.
Nah dalam kasus ini saya akan membahas beberapa faktor yang menurut saya berkontribusi dalam penurunan angka pernikahan di indonesia, serta implementasinya terhadap tradisi dan Masyarakat:
1. Faktor pengaruh penurunan angka pernikahan.
Â
a. Perubahan Sosial dan Ekonomi
Â
Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan angka pernikahan adalah perubahan sosial dan ekonomi. Generasi muda saat ini lebih memilih untuk fokus pada pendidikan dan karier sebelum memutuskan untuk menikah. Dengan meningkatnya akses ke pendidikan, terutama bagi perempuan, banyak yang memilih untuk melanjutkan studi hingga tingkat yang lebih tinggi. Menurut laporan BPS, partisipasi perempuan dalam pendidikan tinggi meningkat secara signifikan, yang berimplikasi pada penundaan pernikahan. Banyak individu merasa bahwa mereka perlu mencapai stabilitas finansial dan profesional sebelum memasuki kehidupan pernikahan.
Hal ini juga terkait dengan meningkatnya biaya hidup dan kebutuhan ekonomi yang semakin kompleks. Di kota-kota besar seperti Jakarta, biaya untuk menikah dan membangun sebuah keluarga semakin tinggi. Dari biaya pernikahan yang bisa mencapai ratusan juta hingga kebutuhan akan tempat tinggal dan pendidikan anak, banyak pasangan muda yang merasa tertekan untuk menunda pernikahan hingga kondisi ekonomi mereka lebih baik.
b. Pengaruh Teknologi dan Media Sosial
Â