Mohon tunggu...
Nadiati Husna
Nadiati Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas Padang

Assalamualaikum. Terima kasih sudah berkunjung. Selamat datang di halaman aku. Selamat membaca dan tinggalkan like komentarmu ya. :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Merantau sebagai Kebudayaan Turun-temurun di Minangkabau

5 Maret 2021   10:36 Diperbarui: 6 Februari 2022   23:42 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertanyaannya saat ini dan patut kita renungi bersama adalah apakah tujuan dari merantau tersebut sudah berjalan dan terlaksana dengan semestinya sesuai dengan orientasi atau arah dari merantau itu sendiri? Apa yang menyebabkan merantau menjadi kebudayaan yang sangat melekat bagi masyarakat Minangkabau dibandingkan dengan kebudayaan yang lainnya?

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, dewasa ini merantau sudah menjadi tradisi yang mengakar bagi kalangan masyarakat Minang. Ada banyak alasan dan faktor pendukung mereka untuk pergi merantau. Kebanyakan masyarakat yang merantau memang didominasi oleh anak muda yang baru saja tamat sekolah dan lebih memutuskan untuk bekerja ke luar. Mereka yang pergi untuk mencari kerja tentunya tidak lain memiliki alasan untuk memperbaiki ekonomi keluarga di kampung. Ada pula yang lebih memilih untuk melanjutkan sekolah ke luar daerah karena beranggapan menempuh pendidikan di luar daerah menjamin keberhasilan mereka di masa depan. Inilah yang rasanya disayangkan dari anak muda tersebut.

Mereka yang memutuskan untuk pergi merantau ke luar demi alasan apapun adalah mereka yang justru memiliki potensi untuk mengembangkan daerah tempat tinggalnya. Akan ada banyak peran anak muda dalam membangun sebuah nagari. Semangat yang masih muda dan inovasi yang baru sangat dibutuhkan di mana semua itu lahir dari pemikiran dan gagasan anak muda zaman sekarang, karena walau bagaimanapun mereka tumbuh dan berkembang di zaman yang sudah modern, mereka lah yang akan melanjutkan kepemimpinan untuk masa selanjutnya.

Perantau yang pulang ke kampung halaman akan membawa pengalaman, pelajaran, dan sedikit banyaknya sebagai penyalur kebudayaan yang mereka bawa ke daerah asli mereka sebagai proses dari perubahan yang akan mereka lakukan setelah pulang dari rantau. Inilah yang menjadi tujuan dari kebudayaan merantau, di mana mereka dapat mengubah dan menggerakkan keberlangsungan kehidupan di kampung dengan bekal yang dimilikinya dari perantauan.

Anak muda yang diharapkan mampu membangun dan mengembangkan kampung mereka menjadi lebih baik lagi, baik itu dari segi ekonomi sampai tataran kehidupan masyarakat sehari-hari. Tidak hanya bagi mereka yang sukses karena menempuh pendidikan yang layak, namun juga bagi mereka yang berhasil dengan kerja kerasnya melalui pahitnya kehidupan diperantauan. Lebih penting dan utama dari itu adalah pengalaman, karena jika anak muda tersebut hanya memikirkan kesuksesan untuk dirinya sendiri dan tidak berusaha melakukan perubahan dalam dirinya dan masyarakat, maka mereka tidak akan memiliki cukup bekal untuk dibawa pulang. Apa gunanya berpendidikan jika masih minim dengan pengalaman.

Berdasarkan penjelasan tersebut terbuktilah bahwa budaya merantau masih mampu mempertahankan eksistensinya dengan keberadaan yang masih kuat dalam lingkungan bermasyarakat di Minangkabau dari waktu ke waktu. Telah kita paparkan juga kebudayaan satu ini semakin menjamur tidak hanya bagi kalangan orang dewasa, namun anak muda hingga perempuan pun ada yang melakukannya. Hal seperti ini mereka lakukan dengan berbagai alasan dan tujuan. Kendati demikian, apapun alasan yang diberikan yang namanya kebudayaan turun-temurun dari adat berminangkabau bahwa merantau memiliki orientasi untuk pulang ke kampung halaman dengan membawa bekal berupa ilmu dan pengalaman untuk membangun nagari mereka menjadi lebih baik lagi ke depan.

Nadiati Husna

Sungai Limau, 5 Maret 2021.

Referensi:

1. Naim, Mochtar. 2012. Merantau; Pola Migrasi Suku Minangkabau Edisi Ketiga. Yogyakarta: Rajagrafindo Persada

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun