Mohon tunggu...
Nadia Shafa Huwaida
Nadia Shafa Huwaida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mendaki: Mencari Ketenangan dan Pulang

17 Januari 2022   21:37 Diperbarui: 17 Januari 2022   21:52 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia merupakan wilayah yang berisi ribuan karunia Tuhan, tidak terkecuali kehadiran gunung sebagai objek wisata alam. Permukaan bumi yang menjulang tinggi hingga menonjol dan curam pada sisi samping lebih dari bukit menjadi daya tarik bagi para pecinta tantangan dan pemacu adrenalin. Tentu sudah menjadi ciri khas tersendiri bagi beberapa daerah yang memang memiliki potensi menjadi wilayah pendakian. Beberapa contoh wilayah di Jawa Tengah yang memiliki potensi pendakian gunung antara lain: Gunung Andong di Kota Magelang, Kota Wonosobo dengan Gunung Prau, Gunung Sindoro, dan Gunung Sumbing, Kota Semarang dengan Gunung Ungaran, Gunung Lawu di kota Karanganyar, hingga Gunung Merbabu di kota Boyolali. Setiap gunung memiliki tingkat ketinggian yang berbeda satu sama lain. Gunung Andong memiliki total ketinggian setinggi 1731 MDPL, Gunung Prau dengan ketinggian 2590 MDPL, Gunung Sindoro dengan ketinggian 3317 MDPL, Gunung Ungaran dengan ketinggian 3317 MDPL, Gunung Merbabu dengan ketinggian 3142 MDPL serta Gunung Lawu dengan ketinggian 3265 MDPL.

Proses mendaki gunung tidak hanya sekedar berangkat, melakukan registrasi dan meletakkan langkah pertama pada jalur pendakian. Kesiapan fisik adalah faktor utama yang diperlukan. Menjaga pola makan, mempertahankan fisik yang prima dan menjaga kondisi untuk tetap bugar adalah kewajiban yang harus dipersiapkan sebelum memulai untuk mendaki. Apabila kesiapan fisik dirasa telah cukup, hal yang selanjutnya perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan alat dan perlengkapan. Syarat yang wajib dipenuhi seperti membawa tas gunung atau biasa disebut dengan tas carrier dengan jumlah liter disesuaikan kapasitas, membawa alat masak seperti kompor portable, cooking set portable, atau biasa disebut dengan nesting dan gas portable. Selain itu, diperlukan pula membawa alat penerangan seperti senter kepala. Melengkapi diri dengan jas hujan untuk berjaga-jaga membantu dalam perjalanan meskipun cuaca tidak mendukung. Membawa pakaian ganti dengan tipe kain yang mudah kering serta membawa jaket dengan ketebalan minimal dua lapis dengan tipe kain anti air. Diperlukan pula membawa seperangkat tenda beserta alat dan pelapis sisi luar maupun dalam untuk tetap menjaga kehangatan. Hal yang terpenting adalah melengkapi unsur logistic seperti makanan yang cukup, minuman yang mampu menjaga diri dari dehidrasi, serta obat-obatan yang mungkin dibutuhkan selama proses pendakian. Makanan yang juga menjadi unsur pokok penting untuk dibawa adalah makanan yang mampu disajikan secara cepat, biasanya berupa mie instan, snack kemasan dan sebagainya. Untuk minuman biasanya berupa kopi instan, susu instan atau hanya air putih. Yang perlu diingat dalam setiap pendakian adalah tetap menyimpan sampah untuk dibawa turun. Setiap pendaki tidak seharusnya meninggalkan sedikitpun sampah sehingga mencemari gunung sebagai alam yang indah.

Mungkin bagi sebagian orang awam, mendaki adalah proses untuk melelahkan diri. Namun, sejatinya mendaki merupakan proses meruntuhkan ego sebagai bentuk menuju pendewasaan diri. Dalam menemukan esensi mendaki yang sesungguhnya, bukanlah ketika siapa yang paling cepat tiba ke puncak, tetapi siapa yang mampu bertahan dari awal hingga kembali ke rumah. Mendaki bukan perkara mudah. Membawa raga menuju tempat yang tinggi, namun tetap menjaga hati untuk tidak meninggi. Mendaki adalah untuk pulang dengan selamat. Alih-alih untuk pembuktian diri, mendaki lebih kepada pengendalian diri. Pesan untuk para pendaki: jangan mengambil apapun selain mengambil gambar, jangan meninggalkan apapun selain meninggalkan jejak, dan jangan membunuh apapun selain membunuh waktu. Pelajari, cintai dan cobalah untuk menyatu dengan alam. Sebab alam bukanlah rekayasa dan alam merupakan bentuk refleksi kesederhanaan dari rasa syukur terhadap anugerah Pencipta. Bersemestalah, berbahagialah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun