Mohon tunggu...
Nadia Sabila
Nadia Sabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik

Saya adalah mahasiswa jurnalistik yang bercita-cita ingin menjadi jurnalis investigasi & novelis terkenal, saya menyukai cerita misteri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Inspirasi dan Tantangan, Animator Lokal Berbagi Cerita

23 Juli 2024   08:09 Diperbarui: 23 Juli 2024   09:20 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri animasi Indonesia semakin maju dan semakin berkembang dan tentu saja pasti ada tantangan-tantangan yang hadir dalam industri ini. Salah satu animator lokal ingin berbagi cerita kepada kita semua tentang bagaimana perjalanannya di industri animasi lokal. Ia merupakan seorang 3D Animator dari suatu perusahan animasi di Indonesia.

Nada Nada Mazaya, atau biasa dipanggil Nada oleh teman-temannya, adalah seorang 3D animator di sebuah kantor produksi animasi bernama Motion Circus, sebuah studio animasi di Depok yang kini sudah menghasilkan beberapa karya yang menarik. Posisinya disana adalah sebagai middle animator. Ketertarikan Nada pada seni sudah ada sejak ia masih muda; begitupun juga dengan gambar dan storytelling ia pikir dengan Animasi sudah bisa mencakup semuanya.

Karirnya dimulai ketika ia lulus kuliah."Alhamdulillah, perjalanan karier saya cukup selaras dengan jurusan kuliah. Saya mengambil jurusan animasi hingga meraih gelar D3. Setelah itu, saya melakukan internship di studio Animaworks sebelum akhirnya bergabung dengan Motion Circus," kata Nada.

Menurut Nada, keterampilan teknis seperti kemampuan menggunakan software animasi memang penting, tetapi ada juga soft skill yang tak kalah krusial. "Selain hard skill, soft skill yang penting adalah sabar dan kemampuan berkomunikasi," jelas Nada.

Kesabaran diperlukan karena sering kali visi kreatif harus disesuaikan dengan permintaan klien yang bisa berubah-ubah. "Terkadang permintaan klien itu tidak sesuai dengan visi kreativitas yang kita punya gitu dan ketika itu itu harus menurunkan ego agar bisa memenuhi kemauan klien karena kalau enggak nanti bisa revisi berkali-kali juga terus terkadang permintaan klien tidak selamanya sama."

Proses produksi animasi memiliki banyak tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh para animator. Nada menjelaskan bahwa tantangan terbesar dalam produksi animasi tergantung pada fokus studio tersebut. Jika studionya mengerjakan Intellectual Property (IP) atau properti milik pribadi dari studio, maka tantangan utamanya adalah manajemen waktu dan mencari pasar di Indonesia. Mengelola waktu dengan efektif untuk menyelesaikan proyek tepat waktu sangatlah krusial, terutama ketika harus menyeimbangkan antara kualitas dan deadline.

Namun, jika studionya berfokus pada layanan jasa (service) untuk klien internasional, tantangan yang dihadapi berbeda. Salah satu hambatan terbesar adalah keterbatasan bahasa. Miskomunikasi antara animator dan klien sering kali terjadi karena perbedaan bahasa, dan tidak semua klien internasional bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Beberapa studio besar mungkin memiliki tim penerjemah yang membantu mengatasi masalah ini, tetapi studio yang lebih kecil sering kali harus menghadapi tantangan ini tanpa bantuan tambahan.

Selain kesabaran, komunikasi yang baik antar tim juga sangat penting. Komunikasi yang efektif dapat memastikan bahwa semua anggota tim memahami tujuan dan harapan dari proyek yang sedang dikerjakan. Kolaborasi antar tim sangat diperlukan untuk menghasilkan karya animasi yang berkualitas tinggi. Nada menyadari bahwa tanpa komunikasi yang baik, sebuah proyek animasi bisa mengalami banyak kendala dan tidak mencapai hasil yang diharapkan.

Meskipun industri animasi di Indonesia terus berkembang, nyatanya masih ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh para animator lokal. Tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh para animator lokal antara lain adalah kurangnya minat dan apresiasi di pasar lokal, hingga maraknya penggunaan Artificial Intelligence (AI) yang lebih dipilih masyarakat karena biayanya yang cenderung lebih murah. "Kadang-kadang, masyarakat lebih memilih menggunakan teknologi AI daripada memanfaatkan talent-talent dari animator lokal," ujar Nada.

Meskipun banyak tantangan, Nada optimis dengan perkembangan industri animasi di Indonesia. "Perkembangan industri animasi di Indonesia terlihat cukup positif, terutama dari segi sumber daya manusia. Kita sudah banyak mencetak animator-animator muda yang mampu dan bisa bersaing," ujarnya dengan penuh harap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun