Mohon tunggu...
Nadia S
Nadia S Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Demam Dengue

16 Oktober 2016   14:36 Diperbarui: 16 Oktober 2016   14:40 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Jakarta, 13 April 2009 – Pada masa itu, sedang marak pembicaraan tentang penyakit Demam Dengue atau yang biasa kita kenal sebagai demam berdarah (DBD).

Demam dengue atau yang dikenal secara umum oleh masyarakat Indonesia sebagai demam berdarah merupakan penyakit yang dapat membuat suhu tubuh penderita menjadi sangat tinggi dan pada umumnya disertai sakit kepala, nyeri sendi, otot, dan tulang, serta nyeri di bagian belakang mata. Sebetulnya demam dengue dan demam berdarah merupakan dua kondisi yang berbeda, namun sebagian besar masyarakat Indonesia sudah terlanjur salah kaprah. 

Demam berdarah atau dengue hemorrhagic fever (DBD) merupakan komplikasi dari demam dengue (dengue fever) yang memburuk. Gejala DBD tergolong parah (meskipun pada fase ini panas tubuh mengalami penurunan) di antaranya adalah kerusakan pada pembuluh darah dan kelenjar getah bening, muntah-muntah yang disertai darah, keluarnya darah dari gusi dan hidung, napas terengah-engah, dan pembengkakan organ hati yang menyebabkan nyeri di sekitar perut. (Sumber)

Pada tanggal itu juga, pada sore hari, kedua orang tua saya membawa saya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan atas demam yang sudah saya dapat sejak beberapa hari yang lalu. Dokter yang bersangkutan hanya sekedar menyarankan untuk berisitirahat di rumah dan meminum obat yang telah ia sarankan, akan tetapi karena kondisi tubuh yang sudah tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas kembali, saya dan kedua orang tua saya memutuskan untuk lebih memilih untuk melakukan rawat inap.

Ketika rawat inap, setiap pagi saya  melakukan pemeriksaan darah secara rutin akibat mengalami penurunan trombosit yang signifikan setiap harinya. Setiap harinya, dokter menginformasikan bahwa keadaan saya semakin membaik akibat suhu tubuh yang sudah menurun walaupun trombosit hanya berada sedikit dibawah batas normal. Akhirnya, pada hari ke-4, pada sore hari ketika saya yakin bahwa keesokan harinya saya dapat pulang ke rumah untuk melanjutkan aktivitas saya seperti biasanya, mulailah muncul masalah baru. Pendarahan dari hidung mulai muncul, seperti biasa apabila mengalami mimisan, hanya akan diberikan tissue untuk memberhentikan pendarahan. 

Akan tetapi, bukan hanya muncul pendarahan dari hidung yang terus menerus, tetapi rasa mual juga mulai muncul di perut. Ketika itu saya merasa haus, maka saya meminta segelas air mineral kepada orang tua saya. Setelah saya minum, beberapa saat kemudian saya pun merasa makin mual dan ingin pergi ke toilet. Akan tetapi karena pendarahan di hidung yang tidak berhenti, maka saya pun tidak diizinkan untuk pergi ke toilet, maka setelah itu saya pun mengatakan pada orang tua saya bahwa saya merasa mual dan ingin muntah. 

Dan suatu hal yang mengejutkan, ternyata muntah tersebut bukan seperti muntah pada biasanya, melainkan muntah darah. Rasa sakit dan mual yang muncul di bagian perut yang terus menerus membuat saya tidak bisa meminum obat sama sekali. Setiap kali saya minum obat ataupun hanya meminum air mineral, pasti akan muntah kembali dan muntah tersebut merupakan muntah darah. Pada akhirnya dokter yang bersangkutan memutuskan untuk memindahkan ruang rawat dari ruang rawat biasa ke ruang rawat intensif (ICU). Dan pada saat itu juga barulah dilakukan pemeriksaan darah untuk demam dengue. Kemudian setelah itulah baru diketahui bahwa yang saya dapati bukanlah demam biasa, melainkan demam dengue.

Setelah beberapa hari di dalam ICU tanpa makan dan minum dan hanya mendapat asupan gizi dari infus yang dipasang serta mendapatkan tambahan darah dan trombosit, akhirnya saya bisa kembali ke ruang rawat biasa dengan jumlah hemoglobin dan trombosit yang mencukupi. Dan walaupun telah berpindah ke ruang rawat biasa, saya masih harus tetap dirawat di rumah sakit selama 4-5 hari kemudian sampai kondisi tubuh yang benar-benar pulih. Setelah itu pun saya dapat kembali ke rumah dan dapat melakukan kembali aktivitas saya seperti semula walaupun tidak semua aktivitas dapat saya jalankan semuanya sekaligus.

Dari pengalaman yang telah saya alami tersebut, saya merasa bahwa demam dengue merupakan sebuah penyakit yang sangat serius dan memerlukan penganganan dengan segera. Maka oleh sebab itu, mulai dari hal paling kecil, yaitu rumah kita sendiri, kita harus selalu menjaga kebersihan di setiap tempat dan sebisa mungkin meniadakan tempat-tempat lembap yang berpotensi untuk menjadi sarang nyamuk dan juga lebih berhati - hati kembali saat mengunjungi tempat-tempat gelap atau lembap yang bisa menjadi sarang nyamuk. 

Pengenalan dini akan demam dengue dan cara penanganan yang tepat dan cepat merupakan hal yang penting dan harus diinformasikan kepada setiap orang. Mungkin hanya itu saja pengalaman yang dapat saya bagikan, semoga kita bisa mengambil sisi positif dan manfaat dari pengalaman ini dan apabila ada kesalahan penulisan atau kata-kata yang kurang berkenan saya mohon maaf. Terima kasih :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun