Mohon tunggu...
Nadia Seassi Roesdiono
Nadia Seassi Roesdiono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bachelor of English Literature, majoring in Cultural Studies. 23. Growing up. Learning. Understanding.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Yuk Belajar Seni Public Speaking

31 Agustus 2012   05:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:06 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13464046701697273736

[caption id="attachment_209774" align="aligncenter" width="420" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Posting Kompasianer Palti Hutabarat di sini sangat menarik. Dalam artikel itu ditulis bahwa Komnas Perlindungan Anak telah menyurati Presiden SBY yang menegur anak-anak yang tertidur saat SBY menyampaikan pidato pada Peringatan Hari Anak Nasional di Taman Mini Indonesia Indah, 29 Agustus 2012. Anak-anak itu tertidur selama pidato Presiden mungkin karena dua hal : kecapekan atau isi pidato tak menarik minat. Pelajaran berharga : Presiden Indonesia menegur anak Indonesia pada peringatan Hari Anak! Saat ini saya tengah memelajari seni public speaking, yakni kiat-kiat berbicara efektif dan efisien di depan umum. Pelajaran public speaking mengajarkan pokok-pokok sederhana, yakni : menetapkan tujuan pidato (memberi informasi, menghibur, membangkitkan perasaan, dan memprovokasi tindakan); mengenali besarnya audiens, mengetahui rata-rata usia audiens, memahami alasan kenapa audiens mendengarkan pidato, serta menetapkan durasi pidato. Berkaitan dengan pidato Presiden dalam peringatan Hari Anak itu, isi pidato Pak SBY agaknya mengabaikan pokok kedua dan ketiga seni public speaking, yakni pemahaman rata-rata usia audiens dan alasan kenapa audiens mendengarkan pidato. Jika menyimak permasalahan yang ada, boleh dibilang isi pidato Presiden tidak disiapkan dengan semangat 'ramah bahasa' yang sesuai dengan latarbelakang kemampuan kebahasaan audiens anak-anak, yang harusnya berciri sederhana, bisa difahami, dan menimbulkan minat. Selanjutnya, dalam acara peringatan Hari Anak itu, anak-anak yang hadir bukan merupakan audiens yang sukarela hadir untuk menikmati pidato atau acara wicara yang mereka harapkan. Ini sungguh berbeda dengan anak-anak yang sukarela hadir untuk menikmati acara mendongeng dari seorang pendongeng, misalnya. Walhasil, keseluruhan pidato Presiden pada peringatan Hari Anak tersebut merupakan 'a complete mess', di mana semua aspek efisiensi dan efektivitas public speaking tidak tercapai. Ada baiknya, bila para pembantu Presiden, khususnya yang bertugas menyiapkan pidato dan rencana public speaking, mulai lebih arif memahami calon audiensnya, dan memahami aspek-aspek pokok public speaking. Isi pidato dan cara penyampaian harus disesuaikan dengan audiensnya, janganlah asal tulis dan memaksakan isi pidato dan suasana pidato yang tak sesuai dengan audiensnya. Ilmu public speaking menyiratkan bahwa apabila pidato kita tidak sukses, jangan salahkan audiens; salahkah diri sendiri yang kurang memahami aspek-aspek public speaking. Saya sendiri jadi sedih melihat Pak SBY, Presiden favorit saya, jadi sorotan masyarakat karena terkesan 'nesu' (marah) pada audiensnya (anak-anak) karena pidatonya ditinggal tidur. Ini semestinya tidak perlu terjadi bila isi pidato baik konten dan bahasanya telah disesuaikan dengan audiens anak-anak. Isi pidato harusnya membuat audiens terinformasi, tergugah, terinspirasi, dan terhibur, bukannya menjadi lullaby (lagu untuk meninabobokkan bocah)! Sabar ya, Pak SBY!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun