Mohon tunggu...
Nadia Seassi Roesdiono
Nadia Seassi Roesdiono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bachelor of English Literature, majoring in Cultural Studies. 23. Growing up. Learning. Understanding.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bila Perut Berbicara

27 Juni 2011   09:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:08 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dan teman-teman saya baru saja sampai di acara Malam Kreasi Seni Surabaya yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Surabaya. Kami datang ka acara ini sebagai undangan mewakili SMAN 13 Surabaya. Tampak Walikota Surabaya, Bu Risma dan beberapa pejabat kota duduk di kursi VIP. Saat itu acara yang digelar di G Walk Surabaya ini belum dimulai, namun kursi-kursi penonton sudah penuh dan banyak yang duduk di pinggiran kafe, termasuk saya dan teman-teman.

Sekitar lima belas menit kemudian, tampak seorang pembawa acara wanita menaiki panggung. Wanita itu berjilbab dan membawa sebuah boneka di tangan kirinya. Saya memperhatikan pembawa acara itu lebih dekat lagi, dan menyadari bahwa yang berdiri di panggung itu adalah Ria Enes dan bonekanya Susan yang centil. Wow, terakhir kali saya melihat beliau adalah di televisi saat saya SD, dan sekarang saya melihatnya langsung!

Sejenak kemudian saya bingung sendiri, apa profesi wanita ini? Seorang apa sih beliau? Yang saya tahu hanya dia bisa merubah suaranya sendiri yang lembut menjadi centil dan cempreng seperti Susan. Saya berhasil menemukan jawabannya baru-baru ini. Ria Enes adalah seorang ventriloquist, yaitu orang yang ahli berbicara sedemikian rupa sehingga terdengar seolah-olah berasal dari orang lain atau bahkan dari tempat yang jauh. Ventriloquis dikenal juga sebagai ahli suara perut atau ahli sulap suara.

Awalnya, ventriloquisme atau seni berbicara dengan suara perut digunakan untuk praktik keagamaan. Orang-orang Yunani menyebutnya gastromancy. Suara-suara yang dihasilkan oleh perut dianggap menjadi suara-suara arwah/orang mati yang mengambil tempat tinggal di perut para ventriloquist. Ventriloquist kemudian akan menafsirkan suara-suara tersebut, serta meramalkan masa depan. Salah satu kelompok tercatat paling awal yang memanfaatkan ventriloquisme adalah Pythia, seorang pendeta wanita di kuil Apollo di Delphi. Di Abad Pertengahan, ventriloquist dianggap sebagai sihir. Namun pada abad ke-19, ventriloquist lebih diterima sebagai pertunjukan panggung untuk hiburan. Dengan bermunculan para ventriloquist dunia, ventriloquis tidak dipakai lagi dalam praktik keagamaan.

Kini, ventriloquisme digunakan untuk hiburan, pengajaran serta promosi. Pertunjukan seorang ventriloquits digemari mulai dari anak-anak sampai orang tua karena pada umumnya dibawakan dalam bentuk komedi. Biasanya pemain duduk di bangku dengan boneka (terbuat dari kayu, kain atau karet) ada di pangkuannya atau ada di atas meja tinggi. Sang ventriloquist berbicara, melontarkan humor-humor dan ada juga yang bernyanyi. Mereka merupakan aktor tunggal, karena semua suara merupakan suara ventriloquist itu sendiri.

Seni ini masuk ke Indonesia dibawa dan diajarkan kepada beberapa orang Indonesia oleh orang-orang Belanda pada saat penjajahan Belanda. Salah satu diantaranya adalah Almarhum Bapak Marijoen V.M (dengan bonekanya Koko). Ventriloquist yang terkenal di Indonesia adalah Gatot Sunyoto (dengan Tongki). Semakin maraknya acara Reality Show pada tahun 2000-an di televisi membuat beberapa ventriloquist, seperti Jerry Gogapasha dan Budi HaHa, menjadi sering mengisi acara-acara di televisi. Dengan demikian seni ini dapat lebih dikenal dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Eksistensi ventriloquisme sempat menyusut untuk sementara di Indonesia. Namun karena kemampuan media elektronik modern untuk menyampaikan ilusi suara, efek khusus, hingga perlombahan bakat, sejumlah ventriloquist modern mulai berkembang.

Bagaimana dengan Ria Enes? Ternyata beliau masih disebut ’mirip ventriloquist’ karena lebih sering terlihat bergerak bibirnya saat Susan berbicara. Meskipun begitu, ventriloquis wanita yang terkenal melalui radio ini mendukung perkembangan ventriloquisme di Indonesia.

Selidik punya selidik, Indonesia mempunyai delapan ventriloquist dan satu ’mirip ventriloquist’ (Ria Enes) yang cukup populer. Itu berarti ventriloquisme kurang berkembang di negara kita. Saya tahu penyebabnya. Seni hiburan ini telah tergeser olah kehadiran musik, salah satu yang merajai dunia hiburan di Indonesia, juga tergeser olah sinetron, film dan komedi. Sebenarnya, ventroloquisme masih bisa eksis, kok. Hiburan ini bisa dimasukkan ke komedi. Jika ventriloquisme lebih dieksiskan di media elektronik, tidak menutup kemungkinan akan ada banyak ventriloquist baru bermunculan di Indonesia dan bisa membawa nama bangsa kita di negara lain.

Salam kompasiana. :D

♡Ną∂ı∆ SЯ♡


rujukan : id.wikipedia.org

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun