Mohon tunggu...
Nadia Putri
Nadia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Prodi Kesehatan Masyarat, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

BAHAYA PENYAKIT TUBERKULOSIS, BAGAIMANA SIKAP KITA?

27 Mei 2024   16:10 Diperbarui: 27 Mei 2024   16:32 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

  Kalian pasti tidak asing dengan penyakit TBC. Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis (M.Tb). Bakteri ini dapat menyerang siapa saja, mayoritas bagian tubuh yang diserang adalah paru-paru, kelenjar getah bening, jantung, kulit, dan tulang belakang. Penyakit ini sudah banyak terjadi di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2022, Indonesia menempati peringkat ke-2 di dunia setelah India, yaitu dengan jumlah kasus 969 ribu dan kematian 93 ribu per tahun. Selain itu, pada tahun 2022 Global TBC Report menyebutkan bahwa jumlah kasus TBC di dunia terjadi pada usia 25 sampai 34 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan penyakit ini menyerang segala usia. Tingginya angka TBC ini membuat penyakit ini termasuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) yang perlu untuk ditangani secepatnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa TBC sangat berbahaya dan mengapa penting untuk mengetahui gejala, cara penularan, dan bagaimana cara untuk mengobatinya.

       Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit yang menular yang menyebar melalui udara. Apabila terdapat orang yang terkena TBC lalu batuk atau bersin tanpa ditutupi, maka dapat membuat orang sekitarnya rentan untuk tertular. Ketika orang menghirup udara yang mengandung bakteri TBC, bakteri tersebut dapat menetap di paru-paru lalu bisa berkembang biak. Setelah berkembang biak, bakteri ini dapat menyebar luas ke organ lainnya, seperti ginjal, tulang belakang, tenggorokan, bahkan sampai otak. Penderita TBC dalam sekali batuk dapat mengeluarkan sekitar 3.000 percikan dahak. Bakteri TBC bisa bertahan di udara selama berjam-jam, terutama apabila ruangannya lembab dan gelap. Penyakit TBC mudah menyebar di kerumunan atau masyarakat padat penduduk. Orang dengan penyakit HIV/AIDS memiliki risiko rawan tertular. Selain itu, orang dengan imunitas yang rendah juga mudah untuk tertular penyakit ini. Gejala awal TBC adalah batuk yang berlangsung lebih dari 3 Minggu, batuk berdahak sampai mengeluarkan darah, demam tinggi, tubuh berkeringat pada malam hari, badan merasa lelah yang berlebihan, hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan sedangkan untuk gejala lanjutan TBC terjadi pada tahap aktif dengan gejala, seperti baru berdahak sampai berdarah, demam, kedinginan, nyeri dada, nafas sesak, batuk, penurunan berat badan, kelelahan, badan berkeringat pada malam hari.

         Nah, setelah mengetahui bahaya mengenai penyakit TBC, maka bagaimana kita menghadapinya? Kita bisa mencegah agar tidak tertular penyakit TBC dengan cara melakukan vaksin Bacille Calmette Guerin (BCG) pada bayi berusia 1 bulan, menerapkan hidup sehat dengan rajin menjaga kebersihan diri, mencuci tangan sebelum makan, rajin berolahraga, makan-makanan dengan gizi yang seimbang, memakai masker jika sakit, dan menjaga sanitasi lingkungan sekitar. Apabila kita terkena penyakit TBC, maka kita tidak perlu khawatir. Segera memeriksakan diri ke tempat layanan kesehatan untuk mendapat pertolongan. Penyakit tuberkulosis dapat diobati dengan meminum obat yang mengandung antituberkulosis, yaitu antibiotik yang khusus untuk membunuh bakteri TBC. Obatnya, seperti pyrazinamide, isoniazid, rifampin dll. Selain itu, langkah yang bisa kita ambil apabila ada orang yang mengalami penyakit TBC adalah memberikan dukungan sosial karena mayoritas dari penderita mengalami tekanan mental dan emosional mengenai stigma sosial yang buruk mengenai penyakit TBC ini. Kita juga harus menjalin komunikasi yang baik, mendengarkan mereka, memberikan dukungan moral, dan memastikan bahwa mereka merasa didukung oleh keluarga dan masyarakat sehingga mereka memiliki kemauan untuk mendapat perawatan yang efektif. Dengan adanya sikap kita yang saling memahami ini, dapat menjadi pondasi memutus rantai penularan TBC sehingga angka TBC di Indonesia dapat menurun.

Sumber Referensi:

Depok, D. K. K. (2022) Dinas Kesehatan Kota Depok. Available at: https://dinkes.depok.go.id/User/news/hari-tuberkulosis-sedunia-tahun-2022 (Accessed: 13 May 2024).

Informasi Dasar Seputar TBC (2022) TBC Indonesia. Available at: https://tbindonesia.or.id/pustaka_tbc/informasi-dasar-seputar-tbc/  (Accessed: 13 May 2024).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun