Belajar adalah kunci utama untuk meraih kesuksesan, bahkan pemerintah sudah menerapkan program wajib belajar 12 tahun supaya dapat meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Tanpa belajar, tentunya manusia tidak bisa mendapatkan ilmu pengetahuan baru dalam hidup. Belajar dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, di sekolah formal maupun nonformal. Namun, dalam proses belajar, fasilitator harus mengetahui tingkatan pembelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik. Semakin dewasa, akan semakin tinggi pula tingkat kesulitan pembelajaran yang diberikan. Topik tersebut akan dibahas lebih lanjut di sini, simak yuk!
A. Pedagogi
Pedagogi merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani paidagogeo, yang terbentuk dari kata paidos (anak), serta agogos (memimpin). Sehingga apabila digabungkan, pedagogi memiliki arti memimpin anak. Pedagogi sebagai ilmu dan seni menurut Sudarwan Danim (2010: 54-55) memiliki beberapa pengertian, yaitu:
- Pengajaran (teaching), merupakan teknik serta metode kerja guru pada saat memberikan pembelajaran, mengawasi, serta memberikan fasilitas kepada siswa guna mencapai tujuan pembelajaran.
- Belajar (learning), adalah tahapan siswa dalam mengembangkan inisiatif serta kemandirian untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan.
- Hubungan belajar mengajar dengan faktor lain yang mendorong minat belajar pada anak. Hubungan ini memiliki makna bahwa kegiatan belajar berpusat pada siswa, namun tetap dimbimbing oleh guru.
- Hubungan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam berbagai setting dan dilakukan oleh semua tahapan usia, seperti pada lembaga pendidikan formal ataupun nonformal.
Dapat disimpulkan bahwa pedagogi merupakan sebuah model pembelajaran yang digunakan untuk mendidik anak dengan menggabungkan beberapa alternatif strategi pembelajaran yang tujuannya untuk mengembangkan keterampilan serta pengetahuan anak. Siswa diajarkan untuk mandiri, namun guru tetap mengawasi setiap aktivitas yang dilakukan oleh siswa.
B. AndragogiÂ
Andragogi merupakan kata yang berasal dari istilah Yunani, yaitu andr (orang dewasa), serta agogos (memimpin atau membimbing). Andragogi merupakan seni mengajar orang dewasa atau upaya dalam memberikan motivasi kepada orang dewasa untuk belajar dengan pengalamannya guna memperoleh pengalaman baru. Dalam andragogi, guru hanya berperan menjadi fasilitator, bukan menggurui. Sehingga keterlibatan peserta didik merupakan hal yang paling utama untuk menentukan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Dengan demikian, hubungan yang terbangun antara guru dan peserta didik akan bersifat interaktif.
Belajar bagi orang dewasa merupakan proses mencari dan menemukan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan dapat dicari serta diperoleh dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan melalui pendidikan. Pendidikan untuk orang dewasa dalam proses pembelajaran memiliki keterkaitan dengan harga diri dan aktualisasi diri pada status serta peranan yang dimiliki. Pembelajaran pada orang dewasa biasanya terdapat pada program-program yang diselenggarakan oleh pendidikan nonformal, karena seringkali menggunakan konsep-konsep andragogi dalam pelaksanaanya. Knowles (1970) menjabarkan konsep andragogi dengan empat asumsi pokok, yaitu:
- Orang dewasa mempunyai konsep diri yang sudah matang, orang dewasa sudah mampu untuk mengatur diri sendiri dan mengerti tujuan hidupnya.
- Karena konsep diri yang sudah matang, orang dewasa memiliki pengalaman yang lebih beragam, sehingga pengalaman dapat dijadikan pelajaran untuk kehidupannya.
- Belajar pada orang dewasa tidak lagi menjadi paksaan, namun sudah menjadi kebutuhan guna melaksanakan tugas serta peran sosialnya.
- Orang dewasa butuh belajar karena ingin memecahkan masalah pada kehidupan.
Dengan demikian, andragogi merupakan sebuah model pembelajaran yang ditujukan untuk mendidik orang dewasa, peran guru pada andragogi hanya menjadi fasilitator bagi peserta didik. Guru hanya menjadi fasilitator karena orang dewasa sudah mengetahui kebutuhan pada dirinya sendiri dan menjadikan pengalaman hidup sebagai pembelajaran.
C. HeutagogiÂ
Heutagogi berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti "diri". Hase dan Kenyon (2000) mendefinisikan bahwa heutagogi merupakan studi pembelajaran yang ditentukan sendiri (mandiri). Mirip dengan andragogi, peran pendidik pada heutagogi juga hanya menjadi fasilitator dengan memberikan bimbingan serta motivasi, sehingga segala proses pembelajaran dilakukan secara mandiri oleh peserta didik. Â Heutagogi merupakan perluasan atau lanjutan dari andragogi, sehingga keduanya memiliki kemiripan. Berikut merupakan tabel yang menunjukkan perluasan heutagogi dari andragogi (Hiryanto, 2017):