Menggunakan sarung bantal dan guling sebagai media kerajinan seni ikat dan celup (Tie Dye) begitulah yang dilakukan kelompok 54 gelombang 10 PMM UMM untuk mengajak anak-anak panti asuhan putri Aisyiyah Jetis, Kecamatan dau, kabupaten Malang mengembangkan kreativitasnya.
kegiatan ini diikuti oleh seluruh anak serta pengurus  panti asuhan yang dilakukan di halaman depan. Pembuatan kerajinan Tie Dye ini cukup mudah, hanya membutuhkan tiga bahan primer yaitu sarung bantal dan guling, pewarna pakaian, serta water glass.
Sebelum kegiatan dimulai, Nadia selaku anggota kelompok 54 gelombang 10 PMM UMM terlebih dahulu memberikan contoh bagaimana cara membuat kerajinan sarung bantal guling Tie Dye. Langkah pertama, semprot bagian sarung bantal guling dengan waterglass, tujuannya untuk membuka pori-pori kain. Selanjutnya adalah bagian melipat sarung bantal guling dengan karet, serta juga dapat menggunakan kelereng sebagai media penambah motif. Bagian melipat ini tidak ada aturan wajib, sesuai dengan keinginan anak-anak.
Tahap selanjutnya adalah mewarnai sarung bantal guling, tahap ini adalah tahap yang ditunggu oleh anak-anak. Disini anak-anak bebas untuk mewarnai apa saja sesuai dengan minat mereka. Selesai mewarnai, sarung bantal guling selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong kresek dan di diamkan selama 6-8 jam.
"Sangat inspiratif sekali, bisa digunakan kenang-kenangan untuk adik-adik. Menambah kreatifitas mereka, serta menambah Soft Skill. Jadi mereka tau bagaimana cara memberikan warna ke kain agar menjadi bagus" Ujar Diva selaku pengurus panti asuhan.
Selain meningkatkan kreatifitas, diharapkan supaya anak-anak mampu memanfaatkan barang-barang disekitar untuk dijadikan wadah mengasah Soft Skill nya. Tidak hanya itu, pembuatan kerajinan Tie Dye sudah banyak dimanfaatkan untuk dijadikan berbisnis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H