Mohon tunggu...
Nadia Kamila
Nadia Kamila Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Ilmu Politik UNSOED Purwokerto\r\n\r\na hijab-diplomat-woman someday :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Critical Review Film “The Last Mohicans”

1 Oktober 2013   20:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:08 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

````````````````````````````````````````````````````````````

Nama:Nadia Kamila

NIM:F1D012025

Matkul:Pemerintahan dan Politik AS

Dosen:Triana Ahdiati, M.Si

Jur/Fak:Ilmu Politik/ISIP

Sutradara:Michael Mann

Produser:Michael Mann, Hunt Lowry, dan James G. Robinson

Pemeran:Daniel Day-Lewis, Madeleine Stowe, Jodhi Way, dll

Durasi:117 menit

Rilis:1992

Film ini bercerita tentang adanya perseteruan antara Inggris dan Perancis yang memperebutkan daerah kekuasaan di benua Amerika. Penduduk asli benua Amerika pada masa itu ( suku Mohawk dan suku Huron ) dipaksa untuk berpihak antara Inggris atau Perancis. Diawali dengan adanya scene film dengan latar tempat hutan nan asri yang kemudian muncul adegan lari oleh 3 pemuda Mohican kemudian disusul dengan adegan-adegan selanjutnya yang nampaknya masih belum dapat ditebak, penonton “dipaksa” berpikir dengan cermat apakah yang sedang mereka lakukan, bagaimana alur ceritanya, dan mengapa mereka melakukan demikian. Alur awal cerita yang menurut penulis masih kurang tepat sehingga membuat penulis saat menontonnya kurang nyaman dan baru mulai menemukan alur cerita beserta permasalahannya pada pertengahan film. Alhasil, dengan dukungan backsound dan penataan gambar yang sepadanlah yang menjadi daya tarik pendukung bagi penonton untuk sekadar ingin mengetahui ceritanya lebih jauh.

Cerita berpusat pada Hawyeke, seorang kulit putih yang diadopsi oleh keluarga Mohicans, yaitu suku Indian yang sudah hampir punah. Keluarga Mohicans tersebut adalah Mohicans Chingachgook dan Uncas, anak laki-lakinya. Suatu ketika, ketiganya menyelamatkan Cora, Alice, dan Mayor Duncan ( seorang panglima tentara Inggris ) dari penyerangan suku Indian Huron dan Mohawk. Pada akhirnya, mereka berenam berencana untuk pergi ke benteng pertahanan Inggris untuk menemui ayah dari Cora dan Alice ( Kolonel Edmund ) yang juga merupakan panglima tertinggi pasukan Inggris. Namun ditengah perjalanan, mereka diserang oleh suku Indian Mohawk. Para prajurit Inggris yang ikut bersama mereka tewas. Dari scene inilah pasukan suku Indian Mohawk yang dipimpin Magua dan dibawah naungan tentara Prancis mulai mengejar dan berusaha melampiaskan dendamnya pada tentara Inggris atas kematian keluarganya yang dibunuh dengan sadis. Mereka ingin membunuh Kolonel Edmund beserta seluruh keturunannya dan orang-orang berkulit putih ( mereka menganggap semua orang kulit putih adalah orang inggris ) hingga tidak ada yang tersisa. Sedangkan suku Indian Huron digambarkan pada film ini mereka pada akhirnya bergabung dengan pasukan Inggris.

Di dalam scene ketika para pasukan Inggris berhasil dipukul mundur dan dipaksa menyerah oleh tentara Perancis kemudian mereka diminta untuk meninggalkan tanah Amerika, penulis merasa banyak adegan sadis yang tidak berperikemanusiaan. Dalam contoh, ketika pasukan Inggris dan suku Indian Huron sedang melewati hutan dan diserang oleh suku Indian Mohawk dibawah pimpinan Magua, Kolonel Edmund mati terbunuh dengan cara diambil jantungnya hidup-hidup. Kemudian terdapat adegan menegangkan ketika Cora terancam dibakar hidup-hidup oleh suku Indian Mohawk demi memutus keturunan Kolonel Edmund dan pada akhirnya digantikan oleh Mayor Duncan. Lalu Hawyeke menembak Mayor Duncan dengan alasan agar ia mati dan tidak merasakan sakit ketika dibakar. Sungguh adegan yang cukup ironis dan menyayat hati sehingga penulis merasa film ini tidak tepat bagi anak-anak di bawah umur.

Di bagian tengah film terasa sedikit kosong. Mann, sang sutradara, berusaha menciptakan karakter kuat bagi Day-Lewis tetapi nampaknya kalah dengan alur konflik yang terjadi di dalam film. Selain itu, di dalam film The Last Mohicans ini, sejarah yang terjadi pada masa itu terlihat berbelit-belit. Seperti yang tampak pada adegan pasukan Inggris yang diusir pergi dari tanah Amerika dengan damai dan sebagai langkah menepati perjanjian dengan Perancis hanya berakhir sia-sia dengan mati terbunuh oleh suku Indian Mohawk di bawah naungan Perancis yang juga mengkhianati perjanjian damai antara Inggris dan Perancis. Lalu kemudian film ini bermuara pada akhir yang cukup datar dimana Hawyeke dan Cora bersatu. Sehingga, penulis merasakan keseluruhan film ini menjadi seperti deretan cerita perjuangan Hawyeke untuk mendapatkan Cora.

Kesan adanya afiliasi politik ( kekuasaan ) menjadi kandungan terpenting dalam film ini dimana dengan adanya penggabungan atau penyatuan antara Perancis – suku Indian Mohawk dan Inggris – suku Indian Huron yang masing-masing mempunyai kepentingan dan kekuasaan di tanah Amerika. Namun, karena adanya sistem pemerintahan Inggris yang terkesan sewenang-wenang menjadi salah satu faktor penyebab adanya pemberontakan dari suku Indian Mohawk yang mendiami wilayah tersebut. Selain itu, tindakan kolonialisme menjadi salah satu hal negatif dimana terdapat pengerukan kekayaan alam besar-besaran untuk keperluan perang dan ketidaksejahteraan para suku Indian disana yang hanya menjadi buruh upah minim Inggris. Tersirat di dalam film ini juga terdapat konflik saudara satu etnis antar Indian yang menjadi kambing hitam dan sasaran adu domba negara kolonial sehingga mereka terpecah menjadi dua kubu. Jika dilihat dengan kondisi Indonesia saat ini juga terdapat demikian. Dengan adanya banyak etnis justru membuka peluang untuk saling berkonflik demi mencapai kepentingannya masing-masing sehingga tidak heran dapat menimbulkan pertumpahan darah. Pada akhirnya, film The Last Mohicans ini cukup dapat dijadikan referensi bagi pengetahuan sejarah Amerika Serikat di masa lalu walaupun dengan penokohan yang kurang sepadan dengan alur konflik yang justru membuat penulis tegang bercampur kagum.

DAFTARREFERENSI

·“Sample Movie Review”, www.wikihow.com , Wiki How To Do Anything, http://www.wikihow.com/Sample/Movie-Review. diakses pada 26 September 2013 pukul 21.30 WIB.

·Ahmad Fathoni, “Contoh Review Teks ( Film )”, www.belajarbahasainggris.us, Media Belajar Bahasa Inggris, http://www.belajarbahasainggris.us/2012/10/contoh-review-text-film.html. diakses pada 26 September 2013 pukul 21.33 WIB.

·Rigeningtias Endah S., “Afiliasi Politik Pemilih Pemula”, http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/1287835422_abs.pdf. diakses pada 26 September 2013 pukul 22.00 WIB.

·Owen Gleibermen, “The Last of The Mohicans ( 1992 )”, www.ew.com, Entertainment Weekly, http://www.ew.com/ew/article/0,,311926,00.html. Diakses pada 27 September 2013 pukul 22.00 WIB.

·Pargawati, “Imperialisme dan Kolonialisme”, http://www.slideshare.net/pargawati/imperalisme-kolonialisme. diakses pada 28 September 2013 pukul 22.30 WIB.

Mohican adalah salah satu bagian dari keluarga Algonquian yang tinggal di tepi sungai Hudson dan berada di sebelah tenggara Housatonic.

Dalam pengertian Bahasa Indonesia yang disempurnakan, afiliasi yang merupakan saduran dari kata “affiliation” (Bahasa Inggris), adalah bentuk kerjasama antara dua lembaga yang masing-masing berdiri sendiri.  Secara singkat, afiliasi juga bisa diartikan “anggota” atau “cabang”.

Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia diluar batas negaranya. Seringkali untuk mencari dominasi ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun