Mohon tunggu...
Nadia Indawarie Zachra
Nadia Indawarie Zachra Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Nutrition Science Student

Nutrition Science Student at Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Diare pada Balita: Penyebab, Gejala dan Tatalaksana Asuhan Gizi

20 Desember 2021   10:35 Diperbarui: 20 Desember 2021   11:32 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/photo/man-in-white-shirt-suffering-from-a-stomach-pain-5712686/

Orang tua perlu lebih berhati-hati ketika anak mereka BAB lebih sering dari biasanya. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak mengalami diare yang parah. Selain itu, anak-anak lebih rentan terhadap kondisi ini. Simak penjelasan lengkap penyebab diare pada anak dan apa yang harus dilakukan!

Apa itu Diare?

Diare ditandai dengan frekuensi buang air besar dengan konsistensi cair yang banyak (lebih dari 300mL) diikuti dengan kehilangan cairan dan elektrolit. Diare juga dapat disebabkan oleh infeksi dari jamur, bakteri, virus, obat, dan konsumsi gula atau substansi osmotik yang berlebihan sehingga mengganggu penyerapan dalam saluran cerna (PERSAGI, 2019). Diare akut umumnya berlangsung 7-14 hari. Tanda dan gejala yang dapat timbul antara lain, buang air besar cair/lunak lebih dari 3 kali sehari dengan volume normal atau banyak, dehidrasi, disertai nyeri perut, demam, mual, atau muntah. 

Diare dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi, tetapi umumnya terjadi akibat infeksi virus di usus besar. Jenis virus penyebab diare meliputi Rotavirus, Norwalk, Cytomegalovirus, dan virus hepatitis. Di antara jenis-jenis virus tersebut, Rotavirus adalah virus yang paling sering menyebabkan diare pada anak-anak.

Selain infeksi virus, diare juga dapat disebabkan oleh:

  • Infeksi bakteri, seperti Campylobacter, Clostridum difficile, Escherichia coli, Salmonella, dan Shigella
  • Infeksi parasit, contohnya amebiasis, kriptosporidiosis, giardiasis, atau strongyloidiasis
  • Infeksi virus lain, seperti SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dan norovirus
  • Alergi makanan
  • Makanan yang mengandung pemanis buatan
  • Intoleransi fruktosa (gangguan dalam mencerna pemanis alami pada madu dan buah-buahan)
  • Intoleransi laktosa (gangguan dalam mencerna zat gula pada susu dan produk sejenisnya)
  • Efek samping operasi batu empedu
  • Efek samping obat-obatan, misalnya antibiotik yang dapat mengganggu keseimbangan alami bakteri dalam usus, atau antasida yang mengandung magnesium


Seberapa umum kondisi ini pada anak?

Diare pada anak merupakan gangguan pencernaan yang cukup umum terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun.  Apalagi, kondisi ini dapat terjadi dari waktu ke waktu, begitu juga diare pada bayi.
 
Dikutip dari American College of Gastroenterology, diare pada anak yang terjadi di negara berkembang bisa menyebabkan massalah serius seperti malnutrisi atau gizi buruk.


Tatalaksana Asuhan Gizi Diare pada Balita

Tujuan utama dari tatalaksana diare adalah untuk memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah terjadinya dehidrasi, mencegah inflamasi lebih lanjut, dan mengembalikan fungsi usus (PERSAGI, 2019). Tujuan dalam tatalaksana dietnya adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memperberat kerja saluran cerna dan mencegah dehidrasi (Nasar, et al. 2020). 

Syarat dan prinsip diet untuk diare pada anak merujuk pada kebutuhan gizi normal sesuai BB ideal. Syarat dan prinsip tersebut antara lain: 

  1. Bila anak masih menyusu, berikan ASI dan bila apabila membutuhkan formula, maka berikan formula encer/khusus
  2. Kebutuhan energi normal sesuai BB ideal
  3. Protein 10-15%
  4. Lemak 25-30%
  5. Karbohidrat 50-60%
  6. Vitamin dan mineral sesuai AKG
  7. Menghindari makanan dengan serat tinggi, maksimal 8 gr/hari
  8. Menghindari produk susu, daging serat kasar, berlemak, dan menimbulkan gas
  9. Porsi makan kecil, volume kecil namun sering dan bertahap
  10. Jalur pemberian disesuaikan oleh kondisi pasien.

Makanan dapat diberikan secara bertahap menyesuaikan kondisi klinis anak. Pada balita dengan kondisi gizi buruk dapat diberi ReSoMal. Selanjutnya setelah anak sudah dapat diberikan MP-ASI atau makanan lumat, maka dapat secara bertahap diberi asupan bubur susu, bubur buah, atau bubur biskuit. Pola makan dan nafsu makan anak diharapkan dapat meningkat untuk memenuhi kebutuhan asupan gizinya. Selain pemberian makan, diperlukan juga edukasi atau konseling dengan edukasi pemberian air untuk cegah dehidrasi, edukasi pedoman gizi seimbang, pola makan, frekuensi makan, formula rekomendasi medis, dan pola hidup bersih dan sehat untuk cegah infeksi.


Referensi

  • American College of Gastroenterology. 2016. Diarrheal Diseases – Acute and Chronic.
  • Hill Ed. PERSAGI. 2019. Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Edisi ke-4. Jakarta: EGC.
  • Nasar, S. S. et al., (eds.) 2020. Penuntun Diet Anak. Edisi ke-3. Jakarta: UI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun